Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT Mayora Indah Tbk (MYOR) merupakan perusahaan konsumer yang memiliki jaringan ekspor yang luas. Pelemahan nilai tukar rupiah belakangan justru menjadi katalis positif yang meningkatkan perolehan laba bersih perusahaan.
Junior Equity Analyst Pilarmas Investindo Sekuritas, Arinda Izzaty Hafiya memilih MYOR karena merupakan salah satu emiten di sektor konsumen non cyclicals yang cukup defensif. Hal ini disebabkan oleh sebaran pangsa pasar MYOR yang merata dengan baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Menurut Arinda, MYOR dapat mengambil peluang dari pasar dalam negeri, dimana kondisi perekonomian dalam negeri terus menguat dengan beberapa indikasi secara makro yaitu, Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) tercatat tetap berada di zona optimis (>100) atau tercatat berada di level 125,2 poin, serta Indeks Penjualan Riil (IPR) tercatat sebesar 233,9 poin atau bertumbuh 4,7% YoY.
“Begitupun dengan daya beli dan konsumsi yang masih stabil, meskipun mulai melambat akibat kenaikan tingkat suku bunga. Jika perekonomian dalam negeri terkontraksi, kami menilai MYOR juga dapat meningkatkan penjualan ekspornya, dimana 36% penjualan MYOR berasal dari ekspor,” kata Arinda kepada Kontan.co.id, Kamis (25/7).
MYOR Chart by TradingView
Apalagi saat ini, pelemahan rupiah dapat menjadi peluang bagi kenaikan laba bersih MYOR. Sebagai informasi, beberapa mata uang yang digunakan grup MYOR antara lain Euro, Dolar AS, Dolar Singapura, Dolar Australia, Yuan Tiongkok, Bath Thailand, dan Peso Filipina.
Arinda menambahkan, dalam menangani intimidasi perekonomian, MYOR juga sudah melakukan hedging kurs karena memiliki fasilitas Forex Forward Line dengan jumlah pinjaman maksimum sebesar US$ 5.000.000 yang digunakan untuk lindung nilai transaksi valas atas pembelian impor.
Namun perlu diperhatikan beberapa risiko yang harus dihadapi MYOR seperti suku bunga berada di level 6,25% sehingga ekspansi dengan menambah beban bunga dinilai cukup berisiko. Selain itu, tingginya tingkat suku bunga akan mengurangi daya beli dan konsumsi yang ada saat ini.
Selain itu, risiko pasokan bahan baku, dimana pada tahun ini terhadap ancaman adanya fenomena anomali iklim La Nina yang mana fenomena ini akan terjadi meningkatkan curah hujan melebihi batas wajar dan diprediksi akan terjadi pada kuartal III-2024, sehingga menyebabkan produksi bahan pangan menurun yang berdampak pada naiknya harga bahan baku MYOR.
Kemudian, Arinda menuturkan, harga bahan baku global terus mengalami kenaikan, sehingga menaikkan harga penjualan. Tensi geopolitik yang semakin memanas, serta adanya risiko perubahan peraturan pada negara tujuan ekspor juga patut menjadi perhatian.
Baca Juga: Optimistis, Mayora Indah (MYOR) Targetkan Penjualan Rp 34,28 Triliun di Tahun 2024
Untuk kinerja di tahun 2024, Pilarmas Investindo memproyeksikan pendapatan MYOR akan mencapai Rp 33,95 triliun, laba kotor Rp 8,79 triliun, laba operasional Rp 4,57 triliun, laba sebelum pajak sebesar Rp 4,43 triliun, dan laba bersih sebesar Rp 3,69 triliun.
Adapun MYOR membukukan kinerja yang luar biasa di kuartal I 2024, laba bersih tercatat bertumbuh 52,93% YoY menjadi Rp 1,11 triliun. Namun besarnya kenaikan laba bersih ini tidak dibarengi dengan kenaikan pendapatan yang signifikan, yang hanya naik 3,67% YoY menjadi sebesar Rp 8,76 triliun dengan 62% dari penjualan packaged food processing dan 38% dari packaged beverages processing.
Arinda mencermati, beberapa hal yang menyebabkan MYOR tetap mencatatkan lonjakan pertumbuhan laba bersih yaitu Adanya lonjakan keuntungan selisih kurs mata uang asing bersih sebesar Rp 74,63 miliar, beban bunga menurun -38,89% YoY menjadi Rp 55,14 miliar di satu sisi penghasilan bunga justru naik 124% YoY menjadi sebesar Rp 44,11 miliar, serta adanya keuntungan penjualan aset tetap berupa mesin penolong produksi dan kendaraan sebesar Rp 14,67 miliar.
Namun perlu diketahui penjualan MYOR pada kuartal I 2024 hanya bertumbuh tipis yang disebabkan oleh melemahnya penjualan ekspor sebesar -4,76% YoY dan tercatat Rp 3,16 triliun pada kuartal I 2024. Lesunya penjualan ke luar negeri ini disebabkan oleh pergantian nama distributor di Thailand, penyesuaian stok di Thailand dan Filipina, pelemahan perekonomian di beberapa negara ASEAN yang merupakan tujuan ekspor MYOR.
Adapun Arinda merekomendasikan Buy dengan target harga Rp 2.980 per saham. Per 25 Juni 2024, saham MYOR berada di posisi Rp 2.540 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News