Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) dinilai masih punya prospek yang menarik. Salah satunya yakni adanya potensi tambahan kapasitas produksi dari pabrik baru milik BRMS.
Analis Samuel Sekuritas Indonesia Dessy Lapagu meyakini, BRMS akan mampu meningkatkan angka produksinya secara signifikan. Proyeksi ini didukung antara lain oleh pabrik keduanya di Poboya berkapasitas 4.000 ton bijih emas per hari yang ditargetkan akan mulai beroperasi pada paruh kedua 2022. Pabrik tersebut akan menambah kapasitas pengolahan BRMS, yang saat ini sebesar 500 ton per hari.
Hari ini (24/4), BRMS menyampaikan informasi terkini mengenai kemajuan pembangunan pabrik emas kedua dengan kapasitas 4.000 ton bijih per hari di Poboya, Palu, Sulawesi Tengah.
Hampir seluruh perlengkapan utama yang difabrikasi di luar negeri dan di Indonesia telah tiba di Palu. Perlengkapan-perlengkapan seperti sag mill, ball mill, crusher, cyclone, thickener, dan tangki – tangki carbon in leach saat ini sedang dalam proses instalasi dan assembly untuk menjadi pabrik yang siap berproduksi di Poboya, Palu. Beberapa perlengkapan (elution system) saat ini sedang diselesaikan pembuatannya di luar negeri.
Baca Juga: Cetak Kinerja Apik, Simak Rekomendasi Saham Emiten Perbankan Berikut Ini
Agus Projosasmito, Direktur Utama & CEO dari BRMS berharap pabrik emas kedua di Palu tersebut dapat mulai beroperasi di tahun ini. “Kenaikan produksi emas dari pabrik baru tersebut akan berdampak positif terhadap pendapatan dan laba bersih BRMS di tahun ini,” terang Agus dalam keterangan resmi yang disampaikan kepada Kontan.co.id, Senin (25/4).
Prospek BRMS juga dipoles oleh outlook harga emas. Dessy memperkirakan harga emas akan cenderung stabil pada 2022, seiring dengan masih kuatnya dolar Amerika Serikat (AS) serta arah pasar yang lebih condong ke komoditas batubara dan nikel.
“Samuel Sekuritas Indonesia memproyeksikan harga emas hingga akhir 2022 berada di level yang cukup moderat, yakni US$ 1.900 per oz,” terang Dessy kepada Kontan.co.id, Senin (25/4).
Asal tahu, anak usaha PT Bumi Resources Tbk (BUMI) ini mencetak kinerja moncer sepanjang 2021. Pendapatan BRMS meningkat 26,50% dari US$ 8,3 juta di tahun 2020 menjadi US$ 10,5 juta di 2021.
Kenaikan pendapatan ini seiring dengan lonjakan volume produksi emas BRMS yang naik dari 73 kg di tahun 2020 menjadi 139 kg di tahun lalu.
Baca Juga: Aturan Royalti Baru Diterbitkan, Simak Rekomendasi Saham Tambang Batubara
Dessy memperkirakan, BRMS akan mencatatkan pertumbuhan produksi emas sebesar 292,1% secara year-on-year (yoy) pada 2022 dan 35% yoy pada 2023. Kenaikan angka produksi didukung salah satunya oleh pabrik baru BRMS di Poboya.
Lonjakan angka produksi tersebut diperkirakan akan mendorong kenaikan pendapatan BRMS ke angka US$ 45,8 juta di 2022 dan US$ 61,8 juta di 2023.
Samuel Sekuritas Indonesia merekomendasikan beli saham BRMS dengan target harga Rp 225. Risiko investasi ini diantaranya angka produksi yang lebih rendah dari target, efisiensi beban yang tidak sesuai ekspektasi, dan tertundanya operasional pabrik baru.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News