kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dibayangi Tekanan Margin, Analis Pertahankan Rating Buy untuk JPFA


Senin, 07 Maret 2022 / 17:37 WIB
Dibayangi Tekanan Margin, Analis Pertahankan Rating Buy untuk JPFA
ILUSTRASI. Proses pemotongan ayam di PT. Ciomas Adisatwa (JAPFA Group), Sadang, Jawa Barat, Jumat (26/7). KONTAN/Baihaki/26/7/2013


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Laba bersih PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) meningkat signifikan sepanjang 2021. Laba emiten pakan ternak, peternakan, dan produsen makanan olahan ini mencatatkan laba bersih Rp 2,02 triliun atau tumbuh 120,64% yoy.

Kenaikan laba bersih tersebut juga seiring dengan kenaikan pendapatan JPFA sebesar 21,43% menjadi Rp 44,88 triliun. Pada tahun 2020, pendapatan perusahaan tercatat sebesar Rp 36,96 triliun.

Analis BNI Sekuritas, Mikhail Siahaan melihat secara keseluruhan realisasi kinerja tersebut inline dengan proyeksinya. Hanya saja, untuk laba bersih berada di atas target yang didorong dari one off item, yakni pos penyesuaian biaya jasa lalu karena perubahan program pensiun karyawan sebesar Rp 372,23 miliar.

Di samping itu, terjadinya pemulihan situasi di kuartal IV 2021 juga mendorong perbaikan permintaan sehingga rata-rata harga jual (ASP) mengalami peningkatan kendati tidak terlalu signifikan akibat cap harga yang telah ditetapkan pemerintah.

Baca Juga: Berpotensi Catatkan Kinerja Apik, Ini Rekomendasi Saham SRTG dari Sucor Sekuritas

Sepanjang 2021, gross profit margin (GPM) JPFA mengalami tekanan akibat kenaikan biaya raw material, khususnya harga bungkil kedelai. "Terlebih masih adanya isu kelebihan suplai bungkil kedelai di luar dan juga shipping cost yang tingi mengakibatkan GPM tertekan," jelasnya kepada Kontan.co.id, Senin (7/3).

Walau begitu, operating margin dan profit margin JPFA mengalami kenaikan. Adapun operating margin naik menjadi 7,9% dari sebelumnya 6,7% dan profit margin meningkat dari 3,3% menjadi 4,7%.

Untuk tahun ini, BNI Sekuritas memandang positif untuk JPFA. Mikhail menjelaskan, katalis utama dari perusahaan ini adalah permintaan yang kuat untuk semua segmen, khususnya commercial farm dan frozen food. "Hal itu karena ayam merupakan sumber protein utama dan di Indonesia mayoritas muslim sehingga paling netral," paparnya.

Selain itu ditambah juga adanya proyeksi penguatan ekonomi sehingga diperkirakan akan mendorong daya beli masyarakat. Karenanya, dia menilai JPFA masih akan mencatatkan pertumbuhan kinerja di tahun ini.

"Pendapatan JPFA tahun ini proyeksinya tumbuh 7,5% menjadi Rp 48,2 triliun dan laba bersih berkisar Rp 1,95 triliun sampai Rp 2 triliun dengan asumsi 'one off item' itu tidak berulang," katanya.

Baca Juga: Harga Komoditas Terkerek, Saham-Saham Ini Jadi Top Picks Mirae Asset Sekuritas

Sementara itu, Analis BRI Danareksa Sekuritas Victor Stefano berpendapat kinerja JPFA akan dibayangi dengan berlanjutnya tekanan margin untuk segmen pakan. Dia memaparkan, sebabnya walaupun margin pakan meningkat menjadi 5,1% di kuartal IV 2021 dibandingkan kuartal III 2021 sebesar 4,6%, tetapi masih di bawah rata-ratanya sebesar 10%-12%.

Walau begitu, harga segmen bibit anak ayam usia sehari (day old chick/DOC) dan broiler dinilai akan tetap mendukung profitabilitas JPFA selama program pemusnahan berlanjut. "Kami menurunkan target harga kami dari Rp 2.200 menjadi Rp 1.900 dengan mempertahankan rating beli seiring dengan penyesuaian proyeksi EBITDA 2022," tulisnya dalam riset.

Adapun BNI Sekuritas juga mempertahankan rekomendasi beli untuk JPFA dengan target harga Rp 1.950. Adapun pada penutupan perdagangan Senin (7/3) harga saham JPFA memerah 0,95% ke Rp 1.560 per saham.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×