Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emas masih menjadi pilihan aset investasi yang aman alias safe heaven di tengah kekalutan global. Harga emas berpotensi menguat bila meredanya aksi Bank Sentral menaikkan suku bunga.
Analis DCFX Futures Lukman Leong menjelaskan, saat ini emas masih cukup tertekan akibat kenaikan suku bunga yang agresif dari sejumlah bank sentral untuk memerangi inflasi.
"Kebijakan moneter yang agresif tersebut merupakan penyebab utama harga emas turun," ungkap Lukman kepada Kontan.co.id, Minggu (23/10)
Lukman bilang, harga emas akan mulai naik apabila kebijakan pengetatan dari Bank Sentral sudah mendekati puncak dan ekspektasi kenaikan suku bunga mereda. Saat itu, inflasi dinilai telah menurun dan ekonomi berada atau mendekati resesi.
Baca Juga: Nasihat Investasi Robert Kiyosaki Saat Krisis Ekonomi dan Perang Dunia III Meletus
Sebenarnya, dolar dan obligasi pemerintah AS juga cukup menarik untuk dicermati sebagai salah satu safe heaven. Sebab, diprediksi pergerakannya masih akan menguat hingga akhir tahun, bahkan hingga pertengahan tahun depan.
Namun, Lukman utamanya memposisikan emas sebagai safe haven. Ketidakpastian ekonomi tahun depan, perang di Ukraina serta pembelian fisik di bank sentral terutama dari China bakal mengalihkan investor menuju emas.
Lukman memperkirakan harga emas akan berada di kisaran US$ 1.650 per ons troi pada akhir tahun 2022.
Baca Juga: Bill Gates Ajarkan Kepemimpinan dalam 2 Kalimat Ini
Pergerakannya diprediksi bakal menguat ke area US$ 1.750- US$ 1.800 per ons troi pada Juni 2023.
Seiring pengetatan inflasi nampaknya sudah mencapai puncak dan ekonomi yang telah atau mendekati resesi. Serta, bank sentral di seluruh dunia diperkirakan akan mulai melakukan pelonggaran kebijakan moneter.
Selain itu, penguatan harga emas dunia bakal diikuti oleh harga emas Antam. Dengan asumsi kurs (USD/IDR) berkisar Rp 15.500- Rp 16.000 per dolar AS, maka harga emas Antam akan berada di rentang Rp 950.000- Rp 980.000 per gram pada akhir tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News