Reporter: Nur Qolbi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga komoditas logam mulia menunjukkan pergerakan yang beragam sejak awal tahun 2023. Emas cenderung naik hingga sempat menyentuh US$ 1.953 per ons troi pada awal Februari 2023, tetapi belakangan ini cenderung turun hingga ke level US$ 1.865 per ons troi per Jumat (10/2).
Kemudian, perak cenderung konsolidasi di level yang sama dengan Desember 2022, yakni di kisaran US$ 23-US$ 24 per ons troi. Akan tetapi, saat ini emas sedang turun ke posisi US$ 21,99 per ons troi.
Sementara itu, paladium turun terus dari US$ 1.807 per ons troi pada akhir Desember 2022 ke level US$ 1.542 per Jumat (10/2). Padahal, dalam kurun waktu setahun, harga paladium sempat naik pesat ke sekitar US$ 3.200 per ons troi pada Maret 2022.
Platinum juga terkoreksi dari US$ 1.073 pada akhir Desember 2023 ke US$ 944,53 per ons troi per Jumat (10/2). Dalam setahun, tren harga platinum cenderung turun setelah sempat naik pesat ke sekitar US$ 1.150 per ons troi pada Maret 2022.
Baca Juga: Kilau Emas Turut Menyundut Cadangan Devisa pada Awal Tahun 2023
Chief Analyst DCFX Futures Lukman Leong mengatakan, kenaikan harga emas terdorong oleh meningkatnya permintaan safe haven, terutama karena adanya pergeseran alokasi cadangan devisa bank sentral China dari dolar ke emas.
Akan tetapi, harga emas cenderung turun akhir-akhir ini akibat data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) yang kuat pada Januari 2023. Hal ini memunculkan spekulasi bahwa The Fed akan kembali bersikap hawkish sehingga memacu permintaan terhadap dolar AS sebagai safe haven lainnya.
Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo melihat, harga emas akan tetap bullish di tahun 2023. Dewan Emas Dunia mencatat, total permintaan global meningkat 18% secara tahunan pada 2022, mencapai level tertinggi sejak 2011.
Bank sentral menambahkan 1.136 ton, jumlah tahunan terbesar setidaknya sejak tahun 1967. China mulai mengakumulasi kembali emas pada tahun 2022 untuk pertama kalinya dalam tiga tahun, melanjutkan tujuannya untuk melakukan diversifikasi dari dolar.
Permintaan retail untuk batangan dan koin emas di AS dan Eropa juga mencapai rekor tahunan baru pada 2022. Investor Barat mengoleksi 427 ton (sekitar 15 juta ons), terbesar sejak 2011. Hal ini merupakan respons terhadap inflasi yang sangat tinggi dan perang di Ukraina.
Baca Juga: Semua Komponen Cadangan Devisa Naik, Kenaikan Tertinggi Pada Komponen Emas Moneter
Kemudian, harga perak juga berada di garis panas bersama emas akhir-akhir ini, yang menjadi pertanda baik bagi perekonomian. Mengingat, perak berfungsi sebagai logam mulia dan logam industri.
Akan tetapi, menurut Sutopo, investor sekarang dihadapkan pada skenario bahwa suku bunga acuan The Fed kembali dinaikkan untuk beberapa waktu. Pasalnya, laporan tenaga kerja AS Januari 2023 lebih baik dari perkiraan sehingga investor memperkirakan bahwa inflasi berpotensi tetap tinggi.
"Laju kenaikan suku bunga yang lebih lambat mungkin tidak datang secepat yang diharapkan, yang dapat menambah kekuatan dolar sambil menahan logam mulia," ucap Sutopo saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (12/2).
Sementara itu, untuk paladium dan platinum, Sutopo menilai kini harganya berada di level kritis. Pasalnya, harganya mencapai posisi terendah tahunan setelah pandemi Covid-19.