Reporter: Kornelis Pandu Wicaksono | Editor: Yuwono Triatmodjo
JAKARTA. Pada semester pertama 2013, PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) berhasil mencetak kenaikan pendapatan 27,39% dari semester I-2012 menjadi Rp 3,07 triliun. Alhasil, laba bersih LPKR tumbuh 24,75% menjadi Rp 545,64 miliar. Namun demikian, kinerja ini masih di bawah ekspektasi para analis.
Analis Batavia Prosperindo Sekuritas Steven Gunawan menyebutkan, konsensus analis terhadap pendapatan LPKR setahun 2013 mencapai Rp 8,32 triliun dengan laba bersih Rp 1,44 triliun. Sementara, pencapaian LPKR pada semester pertama tadi hanya mencerminkan 36,90% dari target pendapatan 2013. Adapun, laba bersihnya hanya setara 37,89% dari target setahun para analis.
Steven menambahkan, marketing sales LPKR juga di bawah ekspektasi, yaitu hanya 37% dari target yang sebesar Rp 6,98 triliun. “Pencapaian terhadap proyeksi full year yang kecil juga bisa terjadi karena perkembangan proyek yang lambat atau di bawah harapan, sehingga pembukuan menjadi pendapatan tertunda,” kata Steven.
Dengan perolehan tersebut, Steven pesimistis target akhir tahun bisa terealisasi. “Rasanya berat juga untuk tercapai, apalagi suku bunga naik cukup tinggi,” ujarnya. Kenaikan suku bunga memang bisa membebani konsumen karena 51% pembeli unit properti LPKR menggunakan fasilitas kredit kepemilikan apartemen (KPA). Di sisi lain, dampak kenaikan upah minimum juga mulai terasa, berupa kenaikan beban gaji pegawai.
Lain lagi analisa dari Thendra Crisnanda, analis BNI Securities. Dia berpendapat, beban utang menjadi persoalan utama LPKR, baik karena depresiasi rupiah ataupun karena kenaikan suku bunga. Dia mencatat, utang LPKR di semester I-2013 mencapai Rp 6,32 triliun dan hampir seluruhnya dalam bentuk valas.
Ditopang Siloam
Namun, analis Danareksa Sekuritas Anindya Saraswati masih optimistis terhadap kinerja LPKR ke depan. Dia menghitung, pendapatan LPKR 2013 akan naik 48,3% menjadi Rp 9,14 triliun. Sementara, laba bersih dia proyeksikan tumbuh 50,57% menjadi Rp 1,6 triilun. “Kami masih memandang hasil kinerja tersebut sesuai ekspektasi, karena kami memasukkan tambahan pendapatan senilai Rp 2,6 triliun dari penjualan aset,” tulis Anindya dalam riset per 1 Oktober lalu.
Aset yang dimaksud Anindya adalah dua pusat perbelanjaan yang bertajuk Lippo Mall Kemang dan Kuta Mall Bali. Keduanya akan dijual kepada Lippo Mall Industries Retail Trust (LMIRT) yang ada di Singapura dan diprediksi terjadi sekitar kuartal keempat 2013.
Tidak hanya itu, Anindya memberikan perhatian khusus pada lini usaha kesehatan LPKR, yaitu PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO). Selama semester I-2013, SILO mencetak pendapatan Rp 1,2 triliun atau tumbuh 48% dibanding pendapatan per Juni 2012. Kini, LPKR mengapit 86,5% saham SILO.
Thendra menghitung, LPKR kini diperdagangkan pada rasio harga berbanding laba bersih per saham (PER) 19,91 kali, jauh lebih mahal dibandingkan rata-rata industrinya 11 kali. Dia tetap merekomendasikan buy, namun menurunkan target harga dari Rp 1.600 menjadi Rp 1.420.
Anindya dan Steven juga merekomendasi buy. Anindya mematok target harga Rp 1.420 dan Steven Rp 1.724. Kemarin (7/10), harga LPKR turun 5,56% ke Rp 1.020.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News