Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Dewata Freight International Tbk (DEAL) berhasil mengempit kontrak baru sebesar Rp 75 miliar sepanjang semester 1 2020. Nofrisel, Direktur Utama Dewata Freight International mengatakan, pada semester dua tahun ini DEAL masih akan mengejar kontrak baru senilai Rp 360 miliar dan US$ 860 ribu. Dengan penambahan kontrak baru tersebut, ia berharap pendapatan DEAL ke depannya bisa terus meningkat.
Melalui anak usahanya PT Dewata Makmur Bersama, perseroan telah mendapatkan kontrak baru untuk PLTG dengan kapasitas 30 MW di Batam Kepulauan Riau senilai US$ 1,9 juta.
Baca Juga: Tertekan Covid-19, pendapatan Siloam International Hospitals menurun 5,92%
Selain itu, melalui PT Samulos Harmoni Energi Perkasaakan saat ini tengah mengerjakan Mining Logistics untuk Andesit Contractor ProjectDs di Tanjung Agung, Kab. Muaraenim, Sumatera Selatan.
Untuk mencapai target kontrak tersebut, Nofrisel menyampaikan DEAL perlu untuk memperluas kegiatan usaha dengan menambah izin perluasan pergudangan dan izin lainnya. Dewata Freight International telah mengantongi restu tersebut dari pemegang saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa pada Rabu (5/8) kemarin.
Direktur dan Sekretaris Perusahaan DEAL Nur Hasanah menambahkan, dengan adanya kontrak baru tersebut, maka DEAL memasang target pertumbuhan pendapatan hingga 50% ketimbang tahun lalu.
"Kami menargetkan pertumbuhan pendapatan 50% YoY, strateginya melalui anak usahanya sudah mendapatkan kontrak di tahun 2020 dan masih ada beberapa kontrak yang kami kejar di semester 2-2020," jelasnya pada Kontan, Jumat (7/8).
Baca Juga: Mulia Industrindo (MLIA) menanggung rugi Rp 44,99 miliar di semester I 2020
Sebagai informasi, dari periode Januari hingga Juni 2020 DEAL memperoleh pendapatan sebesar Rp 45,26 miliar atau turun 22,62% dari sebesar Rp 58,49 miliar pada periode sama tahun 2019. DEAl harus menorehkan rugi bersih tahun berjalan Rp 2,21 miliar pada semester I 2020. Padahal pada periode yang sama tahun lalu, DEAL masih untung Rp 2,13 miliar.
Ia bilang, penyusutan pendapatan pada semester 1 2020 lantaran terdampak Covid-19. "Lini yang paling berdampak dari jasa pengiriman (freight forwarding dan project)," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News