Reporter: Surtan PH Siahaan | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Industri perkebunan kelapa sawit memang sedang lesu. Ini akibat harga jual minyak kelapa sawit alias crude palm oil (CPO) yang terus anjlok sejak tahun lalu. Namun, kondisi tersebut tak menyurutkan PT Multi Agro Gemilang Tbk menawarkan saham perdana.
Pemilik kebun kelapa sawit ini sudah mencatatkan saham perdana pada 16 Januari 2013. Emiten berkode MAGP ini menawarkan empat miliar saham setara dengan 44,44% dari modal ditempatkan dan disetor penuh.
Harga saham perdana MAGP Rp 110 per saham. Artinya, dari initial public offering (IPO), Multi Agro mengantongi dana Rp 440 miliar.
Dana tersebut, sekitar 48,10% akan digunakan untuk membayar utang yang jatuh tempo pada tahun ini. Utang itu adalah utang ke Bank Panin senilai Rp 200 miliar. MAGP juga akan menggunakan 24,05% dana IPO untuk melunasi utang anak usaha senilai Rp 100 miliar. Sisanya, untuk mengembangkan lahan kebun sawit dan penyertaan modal di dua anak usaha, yaitu di PT Brent dan PT Bumi Orion Sawit Subur.
Ekspansi
Sekretaris perusahaan MAGP, Risming Andyanto mengatakan, pasca IPO, perusahaan telah bebas dari seluruh utang konsolidasi. Ini akan membuat neraca keuangan MAGP lebih sehat.
Dus, MAGP bisa kembali melanjutkan ekspansi. Namun, Risming bilang, dana ekspansi tersebut juga masih akan menggunakan pinjaman baru. "Saat ini kami sedang mengajukan permohonan utang pada beberapa bank. Tapi, jumlahnya belum bisa dipastikan," tutur dia. Jika sesuai rencana, MAGP akan meraih utang baru pada semester I tahun ini.
Selain itu, Multi Agro juga masih mempunyai dana IPO untuk menanam kelapa sawit. Pasca IPO, perusahaan ini menargetkan menanami 25.000 hektar (ha) kelapa sawit hingga 2016.
Perusahaan ini juga akan membangun dua pabrik pengolahan CPO di Calang, Aceh dan Bengkayang, Kalimantan Barat. Saat ini, Multi Agro sudah memiliki izin lokasi seluas 15.000 ha di Bengkayang. Area yang telah ditanami mencapai 5.675 ha. Sementara, lahan yang sudah siap ditanami seluas 1.841 ha.
Multi Agro memiliki tiga anak usaha. Pertama, PT Boswa Megalopolis di Kabupaten Aceh Jaya Provinsi Aceh. Perusahaan ini adalah hasil akuisisi MAGP pada 2010.
Boswa memegang hak guna usaha (HGU) lahan seluas 6.343 ha. Dari lahan tersebut, area yang menghasilkan mencapai 880 ha. Sedangkan, lahan yang belum menghasilkan mencapai 2.543 ha.
Multi Agro juga sedang mendirikan pabrik pengolahan kelapa sawit dengan kapasitas 45 ton per jam. Perusahaan ini melihat, ada potensi cukup besar karena lokasi kebun milik Boswa dikelilingi lahan sawit masyarakat.
Risming menargetkan, pabrik tersebut akan beroperasi pada Juli 2013. Perusahaan ini telah menginvestasikan modal hingga Rp 140 miliar untuk membangun pabrik tersebut.
Kedua, PT Brent, perusahaan kelapa sawit di Pontianak yang diakusisi pada 2010. Perusahaan ini memiliki izin lahan seluas 10.602 ha. Targetnya PT Brent bisa menanami 6.000 ha sampai 2015.
Ketiga, PT Bumi Orion Sawit Subur, hasil akuisisi Multi Agro pada tahun lalu. Bumi Orion memiliki izin lokasi mencapai 18.442 ha. Namun, lahan tersebut belum bisa ditanami karena masih dalam upaya membebaskan lahan.
Risming yakin, dalam jangka panjang kinerja MAGP akan terus bertumbuh. Sebab, usia tanaman kelapa sawit memang masih cukup muda.
Usia tanaman di Multi Agro rata-rata tiga tahun. Sedangkan, kelapa sawit berproduksi pada tahun keempat dan mencapai puncak produksi pada tahun ketujuh - tahun ke-18. "Kondisi ini menjanjikan produksi sawit yang besar dalam jangka waktu hingga empat tahun ke depan," ujar Risming, Jumat (1/2).
Risming mengaku, produksi Multi Agro paling kecil jika dibandingkan emiten sektor kelapa sawit lain. Estimasi produksi tandan buah segar pada 2012 hanya 13.340 ton. Namun, berdasarkan perhitungan perusahaan, jumlah produksi saat ini baru mewakili 11,72% lahan yang ditanami. Sementara, sisanya sebesar 88,28% baru akan menghasilkan empat tahun lagi.
Hasil pendapatan dan laba Multi Agro memang terbilang kecil dibanding emiten sejenis. Harga jual CPO yang turun di tahun lalu juga membuat proyeksi hasil pendapatan MAGP di 2012 hanya Rp 30 miliar. Turun dari pendapatan di tahun 2011 sebesar Rp 37,32 miliar.
Namun, Risming menargetkan, pendapatan Multi Agro di tahun ini bisa naik menjadi Rp 48 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News