Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Sandy Baskoro
JAKARTA. PT AKR Corporindo Tbk terus berekspansi ke sektor batubara. Emiten berkode saham AKRA itu, memberikan fasilitas pinjaman senilai Rp 150 miliar ke anak usahanya, PT Anugrah Karya Raya atau AKR Coal. Pinjaman yang diberikan pada Rabu (10/10) pekan lalu itu akan dipakai untuk membangun infrastruktur penunjang produksi batubara.
Direktur AKRA, Suresh Vembu, menjelaskan, pinjaman tersebut untuk menyokong beberapa ekspansi AKR Coal, yakni pembangunan hauling atau jalan khusus untuk pengangkutan batubara dan terminal batubara di sekitar sungai Barito, Kalimantan Tengah (Kalteng). Nilai investasi proyek itu ditaksir Rp 250 miliar. "Dengan pembangunan itu, diharapkan bisnis batubara bisa meningkat," ujar dia kepada KONTAN, akhir pekan lalu.
Jalur batubara sepanjang 49 km yang akan dibangun itu, menghubungkan area pertambangan dengan pelabuhan. Saat ini, AKRA membangun terminal batubara di Teluk Timbau Barito Utara, Kalteng. AKR Coal juga telah membangun pelabuhan batubara di Buntok Kecil Kalteng seluas total 42 hektare. AKRA pun sedang membangun pelabuhan sungai di Muara Teweh.
Sebelumnya, AKRA telah meraih kontrak penjualan batubara 780.000 metrik ton dari perusahaan perdagangan di China. Saat ini, AKR Coal baru menggarap satu dari lima konsesi pertambangan yang mereka miliki. Total area konsesi mencapai 24.388 ha. AKRA mematok produksi batubara 1 juta ton pada tahun ini.
"Bisnis ini baru berjalan tahun lalu, artinya produksi batubara juga masih belum besar. Kami sudah punya lima konsensi pertambangan di Muara Teweh dan rencananya membidik satu lagi," kata Suresh.
Kontribusi bisnis batubara terhadap pendapatan konsolidasi AKRA terbilang masih rendah. Suresh menyebutkan, bisnis batubara itu akan menopang pendapatan setelah pembangunan infrastruktur selesai dan kontrak penjualan meningkat. Dia bilang, kinerja lini bisnis batubara baru terlihat pada dua hingga tiga tahun mendatang.
AKRA masih mengandalkan pendapatan dari bisnis distribusi bahan bakar minyak (BBM) dan bahan kimia dasar. Kedua bisnis ini diprediksi menyumbang 94% total pendapatan perusahaan hingga kuartal III 2012.
Di semester I 2012, bisnis BBM menyumbang Rp 8,51 triliun atau tumbuh 18% year-on-year (yoy). Adapun bisnis distribusi bahan kimia dasar menyumbang Rp 1,51 triliun atau naik 23,1% yoy.
Manajemen AKRA memproyeksikan pendapatan konsolidasi tahun ini tumbuh 20% menjadi Rp 22,57 triliun. Hingga kini, perseroan sudah merealisasikan belanja modal Rp 450 miliar dari target belanja modal 2012 yang mencapai Rp 800 miliar.
Managing Partner Investa Saran Mandiri, Kiswoyo Adi Joe, menilai potensi bisnis batubara terhadap pendapatan AKRA baru akan terlihat pada akhir 2013. Pasalnya, saat ini pasar batubara masih menurun.
Dengan banyaknya perusahaan yang beralih ke ekspansi bisnis batubara, Kiswoyo menduga pasokan batubara akan melimpah sehingga harga batubara tertekan cukup dalam.
Kiswoyo melihat potensi kenaikan harga AKRA terbatas karena harganya sudah tinggi. Dia merekomendasikan beli saat AKRA melemah (buy on weakness) dengan target Rp 4.500 - Rp 4.800 per saham pada akhir 2012.
Jika kinerja AKRA di kuartal III 2012 meningkat, harga sahamnya bisa Rp 5.000 per saham. Harga AKRA, Jumat (12/10), naik 0,60% menjadi Rp 4.200 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News