Reporter: Willem Kurniawan | Editor: Narita Indrastiti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA . Defisit transaksi berjalan pada kuartal II-2018 yang mencapai US$ 8 miliar atau 3% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) bakal memberi dampak negatif ke pasar modal.
Edwin Sebayang, Kepala Riset MNC Sekuritas menilai, defisit transaksi berjalan akan berdampak pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). "Jadi defisit ini berpengaruh pada rupiah, lalu pada pasar obligasi dan IHSG," kata Edwin, Rabu (15/8)
Ia mengatakan, pemerintah tidak boleh membiarkan hal ini berlarut-larut. "Pemerintah harus menahannya tidak lebih dari 3%. Kalau lebih dari 3% itu sudah gawat, pemerintah harus mengatasi sumber-sumber defisit itu," kata Edwin.
Sumber defisit tersebut berasal dari impor yang lebih besar dari ekspor, repatriasi dividen, dan pembayaran cicilan pokok hutang.
Edwin mengatakan, pemerintah seharusnya mengatasi defisit transaksi berjalan dengan mencabut subsidi BBM dan listrik, serta meningkatkan ekspor.
"Sekarang, pemerintah berani tidak melakukannya di tahun politik ini? Selama dua hal itu tidak dilakukan ya, akan begitu terus." imbuh Edwin
Analis Panin Sekuritas William Hartanto mengatakan, meski data ekonomimakro melemah, IHSG masih bisa ditutup menguat 0,81% ke level 5.816,59. Menurut dia, kenaikan IHSG disebabkan oleh kebijakan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia.
Secara teknikal, setelah berhasil kembali menguat melewati 5.700 dan ditutup di atas 5.800 IHSG masih berpotensi menguat. William memprediksi pergerakan IHSG ada di rentang 5.700-5.890.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News