Reporter: Mahmudi Restyanto | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Lelang pembelian kembali surat utang negara (SUN) melalui skema debt switch, mendapat respon besar dari pasar. Dalam lelang yang berlangsung Kamis (15/6), investor memasukkan penawaran Rp 552 miliar.
Nilai tersebut lebih tinggi daripada hasil lelang debt switch terakhir. Nilai lelang waktu itu cuma setengahnya. Kali ini, pemerintah menyerap Rp 381 miliar.
Pemerintah membuka peluang penukaran 14 seri obligasi negara yang jatuh tempo di periode 2012-2014. Sebagai alat penukar, pemerintah menawarkan obligasi FR0056 yang jatuh tempo 15 September 2026. Surat utang ini memiliki kupon 8,375% setahun.
Hasilnya, hanya 10 seri obligasi yang masuk. Dari jumlah itu, pemerintah memenangkan enam seri saja. Obligasi seri VR0019 meraup nilai paling banyak yakni Rp 300 miliar. Obligasi FR0026 menyerap Rp 55 miliar, FR0051 menggaet dana Rp 15 miliar, ORI005 terserap Rp 6 miliar, dan FR0017 senilai Rp 4 miliar. Terakhir, seri FR0017 menyerap Rp 1 miliar.
Ariawan, Analis Obligasi BNI Securities, menilai membludaknya penawaran yang masuk dalam debt switch kali ini boleh jadi terpacu dengan murahnya harga penawaran pemerintah. Terutama bila dibandingkan dengan harga di pasar sekunder.
Harga obligasi FR0056 di pasar sekunder saat ini mencapai 102,3-102,4. Pada lelang kemarin, pemerintah menawarkan harga 102,1. Walhasil, pelaku pasar yang semula mengincar obligasi bertenor panjang ini di pasar sekunder, beralih memburunya ke debt switch. "Tidak heran investor banyak yang ikut," ujar dia.
Angky Hendra, Analis Obligasi Batavia Prosperindo Aset Manajemen, berujar senada. Harga obligasi tenor pendek saat ini sudah cukup mahal. Investor banyak yang memilih menukarnya dengan obligasi tenor panjang. "Investor juga memiliki kebutuhan untuk melengkapi portofolio masing-masing," jelas Angky.
Besarnya nilai penyerapan pemerintah, menurut Ariawan, terpicu niat untuk merangsang pasar sekunder agar lebih likuid. Buktinya, seri VR0019 yang terbanyak diserap dalam lelang kemarin. "Seri itu sedang tidak likuid di pasar," tandas dia. Ariawan menilai strategi pemerintah menukar VR0019 dengan FR0056 sudah tepat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News