Reporter: Dina Farisah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Pamor dollar Australia terkikis, setelah penjualan ritel melemah. Aussie menurun terhadap mata uang utama dunia. Mengutip Bloomberg, pada Rabu (1/10) pukul 17:00 WIB, pasangan EUR/AUD naik 0,18% menjadi 1,4468. AUD/USD turun 0,38% menjadi 0,8714 dan AUD/JPY turun 0,27% menjadi 95,6420.
Aussie merosot terhadap sebagian besar mata uang utama setelah biro statistik setempat mempublikasikan penjualan ritel hanya tumbuh 0,1% pada Agustus. Angka ini lebih rendah ketimbang nilai tengah estimasi analis sebesar 0,4%.
“Sulit tak melihat dollar Aussie mencetak posisi terendah baru,” kata Jonathan Cavenagh, ahli strategi Westpac Banking Corp yang berbasis di Singapura.
Putu Agus Pransuamitra, Researcher and Analyst Monex Investindo Futures, menilai, faktor lain yang menekan Aussie adalah data manufaktur China pada September stagnan di 51,1. Angka ini sejalan prediksi. Ini menandakan, ekonomi Tiongkok belum konsisten melaju. Sebagai mitra dagang utama China, Australia turut terimbas perlambatan ekonomi China.
“Hari ini, Australia akan merilis data penting yakni neraca perdagangan dan izin pembangunan. Jika data ini bagus, maka Aussie akan menguat dulu terhadap euro, sebelum rapat Bank Sentral Eropa (ECB),” jelas Putu.
ECB akan mengadakan pertemuan. Data terakhir menunjukkan, inflasi Eropa masih rendah. Ini memungkinkan ECB menggelontorkan stimulus. Jika stimulus terwujud, , pasangan EUR/AUD akan berbalik melemah. Alwy Assegaf, analis SoeGee Futures, menjelaskan, AUD/USD sedang tertekan.
Meski tingkat kepercayaan konsumen AS pada September menurun ke 86, hal ini tidak mempengaruhi pandangan pasar terhadap solidnya perekonomian AS. Pada Selasa (30/9), AUD/JPY sempat ke level terendah tahun ini di 95,11. Tapi kemarin AUD/USD sudah bangkit. “Dalam jangka panjang, yen masih rawan tekanan. Jepang masih butuh stimulus untuk memacu ekonomi,” ujar Tonny Mariano, analis Harvest Investindo Futures.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News