kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.066   81,71   1,17%
  • KOMPAS100 1.058   17,53   1,69%
  • LQ45 832   15,02   1,84%
  • ISSI 214   1,26   0,59%
  • IDX30 424   8,30   1,99%
  • IDXHIDIV20 511   9,19   1,83%
  • IDX80 121   1,97   1,66%
  • IDXV30 125   0,64   0,51%
  • IDXQ30 141   2,48   1,78%

Data negara lain buruk, yen berjaya


Jumat, 01 Februari 2013 / 06:53 WIB
Data negara lain buruk, yen berjaya
ILUSTRASI. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksi bisa menembus level 6.500 pada akhir tahun 2021.


Reporter: Noor Muhammad Falih | Editor: Avanty Nurdiana

JAKARTA. Yen menguat terhadap beberapa mata uang utama. Penyebabnya adalah rencana kebijakan moneter Bank of Japan (BoJ) lewat tekanan Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe. Selain itu, data ekonomi negara lain yang memburuk membuat yen berjaya.

Pasangan EUR/JPY, Kamis (31/1) pukul 15.25 WIB, terkoreksi 0,26% ke 123,25. Pairing USD/JPY pun turun 0,16% ke 90,94. Sedangkan, AUD/JPY turun 0,24% ke 94,57.

Analis Harvest International Futures, Tonny Mariano mengatakan, saat ini BoJ telah menyiapkan program pembelian aset. “Ini bisa kita tafsirkan bahwa rencana pembelian aset yang rencananya mulai Januari 2014, bisa dipercepat, tergantung situasi ekonomi,” ungkap dia.

Namun, menurut Tonny, rencana tersebut akan berdampak pada pelemahan yen. Karena Jepang memang sedang mengejar target inflasi 2%. Jepang juga ingin, harga jual produksi bisa bersaing dari negara lain.

Namun, dengan rilis data ekonomi negara lain yang buruk membuat Jepang tetap menguat pada mata uang lain. Rilis data produk domestik bruto (PDB) Amerika Serikat kuartal IV di tahun lalu turun dari 3,1% menjadi -0,1%. Angka ini jauh dari estimasi analis sebesar 1,1%.

Analis Divisi Tresuri Bank Negara Indonesia (BNI), Raditya Ariwibowo bilang, pasangan USD/JPY masih berpotensi naik meski ada kecenderungan koreksi jangka pendek.

Sementara, sentimen dari Australia ada rilis dari Standard and Poor's. Menurut analis Monex Investindo Futures, Ariana Nur Akbar, rilis itu menyebut permintaan hasil tambang dari Australia terus menurun. “Memang ada anggapan ekonomi Australia itu terlalu bergantung pada sumber daya alam,” ujar dia.

Data ekonomi di AS dan Australia yang buruk inilah yang menjadi penyebab menguatnya yen. Apalagi, kata Ariana, belum ada inisiatif dari pemerintahan Obama atau The Fed (Bank Sentral Amerika) untuk menggerakkan ekonomi. “Dampak ekonomi AS itu global. Efek lebih terasa ke yen," ujar Ariana.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×