Reporter: Namira Daufina, Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Langkah GBP terjagal data ekonomi yang buruk. Pekan pertama di awal tahun 2015 ini diawali dengan tunduknya poundsterling terhadap mata uang dunia lainnya.
Mengutip Bloomberg, Selasa (6/1) pukul 17.20 WIB, pasangan GBP/USD koreksi 0,42% dari hari sebelumnya menjadi 1,5186. Begitupun dengan GBP/JPY yang turun 1,08% sehingga bertengger di level 180,47. Tidak ketinggalan, GBP harus mengakui keperkasaan EUR yang mampu naik 0,20% di level 0,7840 dari penutupan hari sebelumnya.
Pasangan GBP/USD memasuki level terendah sejak Juli 2014. Alwi Assegaf, Analis SooGee Futures mengatakan, secara fundamental, USD sebenarnya masih mendapatkan sentimen positif. Rencana The Fed mendongkrak suku bunga acuan tetap menjadi daya tarik utama investor untuk mengoleksi dollar.
"Secara fundamental, perekonomian AS lebih solid sehingga USD menguat terhadap seluruh mata uang di dunia termasuk GBP," terang Alwi, Selasa (6/1). Dalam waktu dekat, investor akan mencermati data upah tenaga kerja (payroll) Negara Paman Sam.
Data ini dapat menjadi indikator mengenai arah kebijakan Bank Sentral AS, The Fed, di tahun ini. Jika data payroll kembali naik, Alwi bilang, The Fed kemungkinan besar akan mempercepat rencana menaikkan suku bunga acuan yang saat ini berada di level 0,25%.
Sedangkan Inggris yang digadang menjadi negara maju pengekor AS dengan spekulasi kenaikan suku bunga di 2015, nampaknya mulai tertahan data ekonomi yang buruk. Sehingga dalam perjalanannya, GBP belum mampu mengalahkan otot USD yang perkasa saat ini.
Perlu dicatat, pasangan GBP/USD sedang mengalami tren bearish jika ditinjau dari sisi teknikal. Hal ini terlihat dari hampir seluruh indikator teknikal yang mengindikasikan potensi penurunan.
Keadaan yang sama pun terjadi dengan pairing GBP/JPY. Suluh Adil Wicaksono, Analis PT Millenium Penata Futures, memaparkan bahwa pergerakan pasangan ini minim sentimen. Hanya saja memang koreksi pada GBP terhadap JPY sudah terjadi sepanjang empat hari terakhir.
“Pelemahan ini akan semakin tajam karena data PMI jasa Inggris buruk,” kata Suluh. Sebagai informasi, data PMI jasa Inggris bulan Desember 2014 hanya menyentuh level 55,8 atau jauh di bawah prediksi yakni 58,9 dan data PMI jasa bulan November 2014 yakni 58,6.
Data PMI jasa itu akan mempengaruhi pergerakan pasangan GBP/JPY hingga esok hari. “Secara teknikal, tren masih bearish,” papar Suluh. Dilihat dari fundamental maupun teknikal, belum ada katalis yang mampu mendorong apresiasi GBP sehingga pelemahan tajam bisa saja terus berlanjut.
Tersungkurnya GBP pun terjadi saat berpasangan dengan EUR. Zulfirman Basir, Analis PT Monex Investindo Futures, menilai penguatan EUR ditopang oleh posisinya yang dominan sementara GBP cenderung stagnan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News