kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Data China menekan harga aluminium


Rabu, 05 Februari 2014 / 07:35 WIB
Data China menekan harga aluminium
ILUSTRASI. Kawasan industri terintegrasi PT Puradelta Lestari Tbk, Cikarang, Jawa Barat, Rabu (14/9). /pho KONTAN/Carolus AGus Waluyo/14/09/2016.


Reporter: Dina Farisah | Editor: Sofyan Hidayat

JAKARTA. Harga aluminium lemas pasca rilis data manufaktur China yang menunjukkan perlambatan. Maklum, perlambatan industri membuat permintaan aluminium dari negeri tembok raksasa tersebut menurun.

Mengutip Bloomberg, Senin (3/2), harga aluminium untuk kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange berakhir di level terendah sejak Desember 2013, seharga US$ 1.677 per metrik ton. Dari harga akhir pekan lalu, harga aluminium turun 1,70%. Harga platinum juga mencatatkan penurunan dari US$ 1.382,50 per ons troi menjadi US$ 1.381,94 per ons troi.

Analis komoditas Ibrahim mengatakan, kejatuhan harga sedang dialami hampir semua jenis logam dasar, seperti tembaga, timah, platinum dan paladium. Anjloknya harga merupakan imbas dari buruknya indeks manufaktur China bulan Januari yang turun dari 50,5 menjadi 49,6.  “Perlambatan ekonomi China akan menghambat penjualan aluminium. Kemungkinan China akan menahan diri dalam melakukan pembelian aluminium,” kata dia.

Ibrahim bilang, transaksi komoditas menggunakan mata uang dollar AS. Saat  dollar naik, pelaku pasar melakukan aksi ambil untung dan akan membeli komoditas saat dollar AS melemah. Posisi sekarang, dollar AS diprediksi masih menguat karena proyeksi data nonfarm payrolls AS akan positif.

Selain data manufaktur China, larangan ekspor mineral mentah di Indonesia ikut menekan harga aluminium. Tekanan harga terjadi lantaran, pemerintah masih memberikan kelonggaran dalam larangan ekspor itu.

Ibrahim menduga, harga aluminium masih akan melemah sepanjang pekan ini. Secara teknikal, hampir seluruh indikator menunjukkan konfirmasi bearish. Hal itu tercermin dari bollinger yang berada 60% di atas bollinger bawah. Moving average berada di area 50% di atas bollinger bawah. Kedua indikator ini mencerminkan kondisi bearish.

Indikator stochastic berada di level 75% dengan arah negatif. Sedangkan, relative strength index (RSI) masih wait and see. Satu-satunya indikator yang memperlihatkan pergerakan positif adalah moving average convergence divergence (MACD). Saat ini MACD berada di level 60% dengan arah positif.

Dalam jangka pendek, Ibrahim bilang, tekanan harga aluminium masih terbuka. Sepekan ke depan, harga aluminium diprediksi bergerak di kisaran US$ 1.580-US$ 1.650 per metrik ton.

Namun dalam jangka panjang, harga aluminium diprediksi akan naik. Hal itu bisa terjadi jika di kuartal IV-2014 muncul lagi perundingan yang alot dalam penetapan batas utang AS. Akhir tahun ini, harga aluminium berpeluang naik ke kisaran US$ 1.700-US$ 1.800 per ons troi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×