kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Dana kelolaan reksadana tumbuh


Rabu, 09 November 2016 / 07:55 WIB
Dana kelolaan reksadana tumbuh


Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Dana kelolaan reksadana terus membiak. Merujuk data Infovesta Utama per Oktober 2016, total dana kelolaan reksadana mencapai Rp 313,33 triliun, naik Rp 6,46 triliun atau 2,1% dari bulan sebelumnya (mom).

Dana kelolaan jenis reksadana saham bertambah 3,2%, reksadana pasar uang 8,4% serta reksadana terproteksi 2,67%. Sebaliknya, penurunan dana kelolaan terjadi pada reksadana campuran, yakni 0,89% dan reksadana pendapatan tetap, sebesar 1,66%.

Pertumbuhan dana kelolaan pada Oktober 2016 juga diiringi oleh kenaikan jumlah unit penyertaan (UP). Total unit penyertaan reksadana melonjak 2,5% (mom) dari semula 215,29 miliar menjadi 220,67 miliar.

Senior Research Analyst Pasar Dana Beben Feri Wibowo menuturkan, wajar apabila reksadana saham menyumbang kenaikan dana kelolaan tertinggi. Jenis reksadana saham memang cukup atraktif bulan lalu. Maklum, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mendaki 1,08% (mom) per Oktober 2016.

Katalis positif bersumber dari laporan keuangan emiten kuartal III-2016. Selain itu, saham-saham sektor pertambangan mencatatkan pertumbuhan 13,66% periode sama. “Naiknya harga batubara memberi angin segar bagi saham-saham sektor mining,” tuturnya.

Wawan Hendrayana, Senior Research & Investment Analyst Infovesta Utama, menerangkan, reksadana pasar uang dan reksadana terproteksi biasanya dipakai oleh investor sebagai tempat menaruh dana.

Sebagian investor merealisasikan keuntungan dari instrumen yang berisiko lebih tinggi lalu menaruhnya ke jenis investasi yang minim risiko tersebut. Jadi, wajar dana kelolaannya naik.

Situasi serupa juga dialami oleh reksadana indeks dan ETF yang didominasi investor institusi. Sebab, ada risiko jangka pendek, yakni pemilihan umum Presiden AS, spekulasi kenaikan suku bunga acuan The Fed, serta rilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III-2016.

Maka sebagian investor reksadana pendapatan tetap, reksadana indeks dan ETF melakukan aksi profit taking sambil wait and see. Hingga akhir tahun 2016, Wawan optimistis total dana kelolaan industri reksadana dapat terkerek hingga Rp 315 triliun–Rp 320 triliun. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×