Reporter: Namira Daufina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Menilik derasnya arus dana asing yang masuk ke pasar saham dan obligasi Indonesia, analis menyoroti indikasi kembali fluktuatifnya nilai tukar rupiah jika aliran dana ini tidak dijaga di dalam negeri. Peran pemerintah menjadi signifikan untuk menjaga derasnya aliran masuk-keluar dana asing ini.
Menurut pemaparan Rully Arya Wisnubroto, Analis Pasar Uang Bank Mandiri Tbk, dana asing di pasar saham dinilai sebagai faktor penyokong jangka pendek terhadap rupiah. Sedangkan dana asing di pasar obligasi lebih ke arah jangka menengah dan panjang. Keduanya membutuhkan pendekatan khusus agar terjaga di dalam negeri.
“Karena kalau dana yang masuk dan keluar cepat prosesnya sebagai imbasnya rupiah pun akan fluktuatif,” kata Rully. Memang dari sisi fundamental, Indonesia cukup kuat menyongsong tahun 2016 ini. Pasalnya, pertumbuhan ekonomi 2015 di level 4,8% masih sejalan dengan target pemerintah. Di awal tahun neraca perdagangan dan pembayaran pun memuaskan pasar.
Ini mendorong tingginya arus dana asing yang masuk. Apalagi di pasar global baik China dan Amerika Serikat dilanda ketidakpastian. “Tapi dana asing yang masuk ini harus dijaga,” tutur Rully.
Untuk di pasar saham, memang pemerintah akan lebih sulit menjaga arus dana asing yang ada. Namun hal ini bisa diantisipasi dengan menjaga arah pertumbuhan ekonomi dan sajian indikator ekonomi domestik. “Kalaupun nggak positif indikator ekonominya asal BI dan pemerintah transparan ke pasar. Valuasi rupiah akan terjaga,” jelas Rully.
Saat ini, menurut Rully, pemerintah dan BI sudah menjaga transparansi tersebut. Sebagai contoh, Bank Indonesia sudah menyatakan inflasi akan lebih terkendali di 2016. Itu artinya ada arah pelonggaran kebijakan moneter Bank Indonesia. Jika ini sudah diantisipasi pasar, keputusan BI tidak akan berdampak besar pada posisi rupiah.
Sedangkan di obligasi sendiri, pemerintah cenderung lebih bisa mengatur. “Salah satunya dengan menargetkan kepemilikan asing di obligasi hanya sekitar 30% atau lebih rendah dari saat ini yang mencapai kisaran 38% - 39%,” jelas Rully. Apabila hal itu benar bisa diterapkan, maka arus dana yang masuk dan keluar pun bisa dikontrol.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News