Reporter: Dina Farisah | Editor: Wahyu T.Rahmawati
JAKARTA. Kepemilikan asing di surat utang negara (SUN) tak goyah meski pelemahan rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) masih berlangsung. Dana asing masih masuk di pasar obligasi.
Mengutip data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU), kepemilikan asing di SUN terus meningkat ketika rupiah bergerak di atas Rp 10.000 per dollar AS. Per 19 Juli 2013, dana asing tercatat Rp 284,66 triliun.
Angka tersebut naik tipis ketimbang pekan sebelumnya (lihat tabel). Meski total kepemilikan asing merangkak naik, porsi asing terhadap total SUN yang dapat diperdagangkan turun tipis menjadi 31,39%. Porsi asing terus turun sejak angka tertinggi pada akhir April.
Di lain sisi, pelemahan rupiah masih berlangsung. Selasa (23/7), nilai tukar rupiah merosot tajam ke Rp 10.222 per dollar AS. Ekonom Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih mengatakan, pelemahan rupiah umumnya akan membuat investor asing mengurangi porsi di SUN.
Menurut Lana, arus dana asing yang masuk saat ini belum signifikan dan belum menjadi dorongan kuat bagi asing untuk masuk lebih banyak. "Masuknya dana asing saat ini karena memanfaatkan imbal hasil yang menarik," ucap Lana kepada KONTAN, Senin (22/7).
Lana bilang, dana asing lebih banyak masuk di jangka pendek. Penambahan porsi asing juga masih relatif kecil. Hal itu menunjukkan investor asing masih wait and see terhadap angka inflasi Juli.
Investor akan menentukan langkah lanjutan setelah mengetahui angka inflasi. Pasca pengumuman inflasi, investor dapat menghitung berapa besar imbal hasil yang menarik.
Imbal hasil SUN tergolong menarik jika lebih tinggi dari penjumlahan antara imbal hasil US Treasury, ekspektasi depresiasi rupiah dan credit default swap (CDS). Jika yield US Treasury bertenor 10 tahun 2,5% dan ekspektasi depresiasi rupiah 3% dan CDS 2,5%, maka imbal hasil yang menarik SUN tenor 10 tahun minimal 8%. "Jika imbal hasil sama dengan US Treasury, maka asing akan keluar dari emerging market," tutur Lana.
Selain faktor domestik, lanjut Lana, investor asing juga akan mencermati sinyal dari Bank Sentral AS Federal Reserve (The Fed). Pasar akan menanti pernyataan lanjutan gubernur The Fed terkait kelanjutan stimulus moneter.
Jika stimulus tetap berjalan, maka likuiditas tetap tinggi dan berpotensi masuk ke emerging market. Lana memprediksi, dana asing masih akan masuk antara Rp 1 triliun hingga Rp 2 triliun di pekan terakhir bulan Juli.
Herdi Ranuwibowo, Head of Debt Capital Markets BCA Sekuritas menuturkan, pelemahan rupiah sudah diperhitungkan investor. Di sisi lain, Bank Indonesia juga tetap menjaga kestabilan rupiah meski pergerakannya dilepas mengikuti mekanisme pasar. Kondisi ini dimanfaatkan oleh investor dengan masuk saat harga obligasi terdiskon.
Saat ini, harga obligasi mulai rebound. Yield obligasi dengan tenor 10 tahun berada di level 7,85%. Ke depannya, porsi asing di SUN masih berpotensi naik meskipun belum terjadi reli.
Hal tersebut karena investor masih menunggu data inflasi dan kelanjutan stimulus moneter dari The Fed. Sejauh ini, The Fed melihat bahwa AS masih membutuhkan stimulus karena data-data ekonomi belum menunjukkan perbaikan signifikan.
Kepemilikan asing pada SBN | |||
(dalam Rp triliun) | |||
Periode | Kepemilikan asing | Total SBN | Porsi asing |
Desember 2012 | 270.51 | 820.27 | 32.98% |
Januari 2013 | 273.20 | 833.42 | 32.78% |
Februari 2013 | 281.63 | 856.39 | 32.89% |
Maret 2013 | 280.75 | 861.52 | 32.59% |
April 2013 | 298.72 | 874.49 | 34.16% |
Mei 2013 | 302.94 | 895.77 | 33.82% |
Juni 2013 | 282.96 | 888.51 | 31.85% |
5 Juli 2013 | 284.62 | 896.71 | 31.74% |
12 Juli 2013 | 283.93 | 896.11 | 31.68% |
19 Juli 2013 | 284.66 | 906.76 | 31.39% |
sumber: DJPU, diolah |
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News