Reporter: Aris Nurjani | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar surat utang Indonesia kembali dilirik oleh investor Asing terlihat dari kepemilikan investor asing di Surat Berharga Negara (SBN) kembali meningkat.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) per 30 Desember 2022 menunjukkan total kepemilikan investor asing di Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 762,19 triliun.
Jumlah tersebut terus naik sejak dua bulan terakhir. Dimana posisi dana asing per 30 November sebesar Rp 736,93 dan dana asing di SBN pada bulan Oktober senilai Rp 713,23 triliun. Sementara per 3 Januari 2023, dana asing naik Rp 2,55 triliun menjadi Rp 764,74 triliun.
Baca Juga: Awal Tahun 2023, Arus Modal Asing Masuk Rp 8,05 Triliun
Perencana Keuangan Risza Bambang menjelaskan kenaikan dana asing di SBN disebabkan oleh tindakan investor yang menjadikan Indonesia sebagai tempat investasi dalam jangka pendek karena menarik dan menguntungkan.
"Fundamental ekonomi Indonesia bagus, potensi pertumbuhan ekonomi tinggi, dan surplus komoditas akibat kenaikan harga coal dan cpo," ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (8/1).
Adapun ke depannya, SBN masih memiliki prospek dan trend yang sangat menjanjikan walaupun ada pergerakan volatile dari kondisi geopolitik dan Inflasi.
Sentimen yang akan mempengaruhi berasal dari perekonomian, Indonesia harus cepat membangun smelter agar dapat bersaing sebagai produsen barang bukan lagi penyuplai bahan mentah.
Baca Juga: Pemerintah Terbitkan SBN Valas di Awal Tahun, Berikut Pertimbangannya
Risza mengatakan jika hasil barang jadi tidak terserap di pasar global karena kalah kualitas dan perijinan, maka bisa di tawarkan ke pasar domestik yang sedang gencar membangun infrastruktur dan manufaktur.
Potensi dana asing masuk ke SBN masih sangat terbuka ketika sentimen positif masih ada. Selain itu didukung oleh sistem demokrasi yang terbuka dengan masuknya investor asing buat investasi di Indonesia.
"Sentimen positif lainnya berasal dari kebijakan yang semakin fleksibel, produktif, efisien dan inline dengan tata cara foreign investor maka seharusnya tidak ada hambatan," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News