Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Wahyu T.Rahmawati
JAKARTA. Meski ada koreksi pekan lalu, kepemilikan asing pada surat utang negara (SUN) terus menanjak. Merujuk data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR), per Jumat (6/7), dana asing yang ada mencapai Rp 762,09 triliun. Artinya ada kenaikan 14,46% dibandingkan posisi akhir 2016 yang hanya sebesar Rp 665,81 triliun.
Bila melihat dari pergerakan tersebut Analis Fixed Income MNC Secutities I Made Saputra menyatakan, asing tetap menjadi motor penggerak surat utang negara domestik. Kenaikan nilai itu sendiri menunjukkan peluang besar.
Made mengatakan, pertumbuhan ini dapat terus berjalan dengan syarat adanya dukungan dan perbaikan data ekonomi Indonesia serta pasar obligasi secara global. "Sehingga nanti asing responnya melanjutkan akumulasi akan melihat data ekonomi kita di kuartal kedua dan kuartal ketiga" jelas Made.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia di angka 5,1% serta kenaikan peringkat utang Indonesia dari Standard & Poor's (S&P) menambah tenaga kenaikan dana asing pada instrumen SUN. Tak hanya itu, nilai tukar yang stabil serta inflasi yang dapat ditekan menjadi faktor lain yang mendukung sentimen tersebut.
Anil Kumar, Fixed Income Fund Manager Ashmore Asset Management Indonesia. mengatakan, prospek pasar SUN ini masih bagus. "Imbal hasil harusnya turun dengan asumsi mata uang stabil dan inflasi rendah," kata Anil.
Anil menambahkan, hot money dapat mempengaruhi imbal hasil, karena menunjukkan tidak adanya likuiditas pasar. "Hanya 8 triliun saja keluar dari Rp 770 triliun dapat menggeser pasar hingga 40 basis poin itu artinya kurang baik," kata Anil.
Anil melanjutkan pemerintah seharusnya memiliki cara untuk mengatur hot money keluar tanpa menganggu pasar obligasi dan secara transparan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News