Reporter: Rashif Usman | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China menunjukkan tanda-tanda mereda setelah kedua negara sepakat menurunkan tarif impor. Kesepakatan ini tercapai melalui negosiasi intensif yang digelar di Jenewa, Swiss, selama dua hari, yakni pada Sabtu (10/5) hingga Minggu (11/5).
Dalam kesepakatan tersebut, AS menyetujui penurunan tarif produk impor dari China dari 145% menjadi 30%. Sebagai respons, China juga menurunkan tarif untuk berbagai produk asal AS menjadi 10% dari sebelumnya 125%.
Kedua negara juga sepakat memberlakukan tarif impor sebesar 10% selama 90 hari ke depan.
Merespons hal ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tampil perkasa hingga akhir perdagangan sesi pertama hari ini. Rabu (14/5), IHSG menguat 115,611 poin atau 1,69% ke 6.948,414.
Ekonom Panin Sekuritas Felix Darmawan mengatakan setelah tercapainya kesepakatan dagang antara Amerika Serikat dan China, sentimen pasar menunjukkan perbaikan.
Baca Juga: China - AS Turunkan Tarif 90 Hari, IHSG Menguat Pada Perdagangan Rabu Pagi (14/5)
Namun, ia mengingatkan bahwa dampaknya terhadap IHSG kemungkinan lebih ke arah sentimen jangka pendek ketimbang menjadi katalis struktural jangka panjang.
Menurutnya, pasar melihat kesepakatan ini sebagai sinyal stabilitas global yang berpotensi meningkatkan minat risiko pada pasar negara berkembang. Meski demikian, optimisme ini bisa bersifat singkat, karena investor akan segera kembali fokus pada fundamental domestik dan perkembangan suku bunga global.
"Pasca kesepakatan, IHSG berpeluang menguji resistance di area psikologis 7.000, dengan support kuat di level 6.900," kata Felix kepada Kontan, Selasa (13/5) malam.
Ia juga menerangkan, apabila volume transaksi mendukung dan aliran dana asing masuk stabil, dalam jangka menengah IHSG bisa menuju 7.100, meski koreksi sehat tetap mungkin terjadi mengingat sudah ada kenaikan tajam sejak akhir April.
Selain itu, kesepakatan dagang ini berpotensi meningkatkan daya tarik pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.
Namun, Felix mengingatkan bahwa risiko flight to quality tetap ada, di mana sebagian dana asing mungkin lebih memilih bertahan di Amerika Serikat atau kembali ke China sebagai pihak yang terlibat langsung dalam kesepakatan.
Baca Juga: Cermati Pergerakan IHSG Usai Perang Dagang AS-China Mereda
Terlebih, China kini semakin terbuka dalam reformasi pasar modalnya, sementara ekonomi AS menunjukkan kekuatan dari sisi makro.
Meski peluangnya seimbang, Indonesia tetap memiliki daya tarik tersendiri berkat valuasi pasar yang relatif murah dan stabilitas politik pasca pemilu.
Community Lead PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Angga Septianus, menerangkan bahwa prospek pergerakan IHSG akan positif seiring dengan tercapainya kesepakatan dagang antara Amerika Serikat dan China. Ia memperkirakan IHSG berpotensi bergerak menuju level 7.200 dengan support di 6.700.
"Dengan meredanya ketegangan, tentu prospek aliran dana asing ke negara berkembang dengan risiko lebih tinggi juga meningkat termasuk Indonesia," ujar Angga kepada Kontan, Rabu (14/5).
Selain itu, data inflasi yang semakin mendekati target The Fed sebesar 2% membuka peluang terjadinya penurunan suku bunga global.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News