Reporter: Dina Farisah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (USD) terus tertekan dalam sepekan terakhir lantaran ekonomi AS terus menujukkan taringnya. Rancangan Undang-undang (RUU) Pilkada yang diputuskan DPR pada kamis (25/9) yang menandai berakhirnya pemilihan pemerintah daerah secara langsung turut memperdalam pelemahan rupiah.
Mengutip data Bloomberg, Jumat (26/9), pasangan USD/IDR naik 0,54% dari hari sebelumnya menjadi 12.048. Sementara dalam sepekan terakhir rupiah telah melemah 0,65%. Kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat rupiah melemah 0,55 dari hari sebelumnya menjadi 12.007, sedangkan sepekan terakhir melemah 0,2%.
Albertus Christian, analis PT Monex Investindo Futures mengatakan pelemahan rupiah sepekan terakhir terjadi karena sentimen penguatan dollar. Pernyataan pejabat The Fed yang memberikan sinyal bahwa kenaikan suku bunga akan lebih cepat dari proyeksi sebelumnya membuat dollar semakin perkasa. “Data ekonomi AS juga terus membaik seperti data penjualan perumahan baru yang meningkat 504.000 pada bulan September naik dari bulan sebelumnya,” tutur Christian.
Sementara dari sisi domestik, kata Christian, belum rampungnya kabinet pemerintahan Jokowi –JK turut menekan rupiah. Bahkan, masalah politik ini diperparah dengan keputusan DPR yang memilih pilkada tidak lagi dilakukan secara langsung. “ Ini merupakan isu besar bagi investor karena banyak pihak melihat ini sebagai kemunduran demokrasi, termasuk oleh Jokowi,” terang Christian.
Christian melihat rupiah masih akan tertekan sepekan ke depan karena pasar masih fokus pada kenaikan suku bunga The Fed, ditambah dengan kebutuhan dollar AS yang cukup besar dalam negeri hingga menjelang akhir tahun untuk memebayar utang jatuh tempo . Perkiraannya, rupiah akan bergerak di antara Rp 11.935 –Rp 12.100.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News