Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
NEW YORK. Pada transaksi akhir pekan kemarin (12/9), harga kontrak emas berakhir mendekati level terendahnya dalam delapan bulan terakhir. Harga si kuning tergerus nyaris 1% seiring rendahnya tingkat permintaan fisik dan investasi emas.
Sementara, dalam catatan CNBC menunjukkan, dalam lima hari yang berakhir 12 September, harga emas tertekan 3,1%. Ini merupakan penurunan mingguan terbesar sejak Mei lalu. Salah satu pemicunya adalah kecemasan bahwa bank sentral AS akan menaikkan suku bunga acuan lebih cepat dari prediksi.
Selain itu, sejumlah data ekonomi AS yang positif juga ikut memberatkan langkah emas. Salah satunya adalah tingkat penjualan ritel AS yang naik cukup mengejutkan pada Agustus lalu. Selain itu, ada pula data sentimen konsumen AS yang menembus level tertingginya dalam 14 bulan terakhir pada September.
"Pada faktor fisik, pendorong harga emas sangat minim. Tidak ada permintaan dari India dan China. Sepertinya, kondisi ini berlaku untuk semua komoditas, tidak anya emas," jelas Bruce Dunn, partner Auramet yang berbasis di New Jersey.
Catatan saja, harga kontrak emas di pasar spot ditutup di posisi US$ 1.227,25 per troy ounce pada 12 September lalu. Ini merupakan level terendah sejak 10 Januari 2014. Jika dikalkulasikan, dalam dua pekan belakangan, penurunan harga emas mencapai 4,5%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News