kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Cuan investasi obligasi negara pantas dilirik investor


Kamis, 07 Februari 2019 / 16:06 WIB
Cuan investasi obligasi negara pantas dilirik investor


Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Cuan investasi obligasi negara tampaknya lebih manis ketimbang obligasi korporasi. Imbal hasil diperkirakan masih akan turun seiring kinerja obligasi negara yang akan naik lagi.

Mengutip Indonesia Bond Pricing Agency, INDOBeX Government Total Return per 7 Februari 2019 mencapai 2,15% (year to date) di level 241,59. Disisi lain INDOBeX Corporate Total Return naik 1,99% ke level 268,11.

Fixed Income Fund Manager Ashmore Asset Management Indonesia Anil Kumar mengatakan faktor utama yang membuat harga obligasi negara naik yaitu durasi yang lebih panjang yakni lebih dari 20 tahun. Pasalnya bila imbal hasil yang turun, obligasi negara akan memberi return yang lebih tinggi dan harga atau capital gain ikut tinggi.

Anil menjelaskan imbal hasil turun di Indonesia dan negara-negara emerging market, karena tahun 2018 kenaikan imbal hasil bukan disebabkan inflasi tetapi faktor arus modal pindah dari emerging market ke develop market yaitu Amerika Serikat. Nah, tahun 2018 arus uang berpindah itu karena Presiden Trump menggencarkan perang dagang ke China serta pemotongan pajak.

“Hanya saja sejak November 2018 hingga saat ini kondisi perang dagang surut serta pemotongan pajak yang berimbas pada defisit fiskal di Amerika. Penentuan kebijakan fiskal kini ditentukan oposisi, jadi tidak ada jalan untuk memberi stimulus ke kebijakan fiskal. Makanya pertumbuhan ekonomi Amerika tidak sekencang kuartal II-2018” ujar Anil kepada Kontan.co.id, Kamis (7/2).

Itulah mengapa Anil bilang uang investor asing pindah lagi dari pasar negara maju ke emerging market, yakni Indonesia. Arus uang masuk tersebut diakui Anil menjadi alasan imbal hasil turun. Sebab bergerak deras dalam pasar obligasi dan pasar ekuitas di Indonesia.

Dia melihat secara year to date dana asing yang masuk ke pasar modal mencapai US$ 986 juta atau sekitar Rp 12 triliun. Sementara dana asing yang masuk pasar obligasi sebesar US$ 1,8 miliar atau sekitar Rp 25 triliun. “Ini baru minggu pertama bulan Februari. Kalau dana asing masuk terus ke Indonesia bisa jadi payment balance hingga Maret, surplus. Karena setiap kuartal arus modal asing yang masuk sekitar Rp 50 triliun-Rp 60 triliun,” pungkasnya.

Melihat hal ini, Anil meyakini memang saat ini obligasi negara yang layak dilirik investor karena memberikan return tinggi. Apalagi dengan likuiditas Indonesia yang mulai kebanjiran uang asing, suku bunga dalam negeri pun bisa turun. 

“Yang harus dilihat saat ini adalah valuasi obligasi yang murah dan pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia. Sebab uang akan bergerak ke negara-negara yang pertumbuhan ekonominya naik. Salah satunya Indonesia,” tandas Anil.

Anil melihat yield masih akan turun lagi dengan kinerja return obligasi negara yang mendekati 10%. Ia melihat tren harga obligasi negara tahun ini bullish.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×