Reporter: Mesti Sinaga, Anna Suci Perwitasari | Editor: Test Test
JAKARTA. PT Ciputra Development Tbk (CTRA) terus menggodok rencana pemecahan nilai saham alias stock split. Rasionya adalah 1:2, dari harga nominal Rp 500 menjadi Rp 250 per saham.
Harun Hajadi, Direktur Ciputra Development, mengatakan rencana stock split ini hanya bertujuan membuat perdagangan saham CTRA lebih likuid. "Kalau sahamnya likuid, pasarnya lebih efisien. Sehingga mencerminkan nilai yang lebih riil," ujar dia kepada KONTAN, kemarin.
Analis Bahana Securities, Natalia Sutanto, berpendapat, aksi korporasi itu akan membuat saham CTRA lebih menarik. "Dibandingkan perusahaan properti lain, saham CTRA kurang menarik," imbuhnya.
Kemarin (26/4), harga saham CTRA berakhir di level Rp 930 per saham. Posisi ini tak berubah dibandingkan akhir pekan lalu. Natalia merekomendasikan beli saham ini dengan target Rp 1.000 per saham hingga akhir 2010.
Target ini bisa saja tercapai jika melongok kinerja CTRA pada kuartal satu tahun ini yang cukup fantastis. Pendapatan emiten properti ini naik tiga kali lipat dibanding periode sama tahun lalu.
Pada kuartal satu 2009 pendapatan CTRA sebesar Rp 306,02 miliar. Artinya, pada periode sama tahun ini pendapatannya sekitar Rp 918,06 miliar. Namun, menurut Harun, kenaikan itu tidak sepenuhnya berkat membludaknya proyek pada tiga bulan pertama tahun ini.
Maklum, berdasarkan aturan pembukuan keuangan Grup Ciputra, transaksi baru dicatatkan sebagai penjualan saat sudah dibayar 100%. Sedangkan jika mengacu kepada aturan akuntansi yang umum, penjualan bisa dicatatkan meski pembayarannya baru 20% dari nilai proyek.
Nah, Harun mengungkapkan, pendapatan CTRA meningkat lantaran secara umum kondisi tahun ini jauh lebih baik ketimbang 2009. "Bank-bank besar sudah kasih bunga (kredit) 9%-10%. Ini yang terendah sepanjang sejarah," katanya kepada KONTAN, kemarin (26/4). Natalia memprediksi, pendapatan CTRA tahun ini bakal mencapai Rp 1,8 triliun dengan laba bersih Rp 153 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News