Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Edy Can
JAKARTA. PT Central Proteinaprima Tbk (CPRO) siap mengerek kinerja keuangan. Emiten agribisnis ini mengalokasikan dana senilai Rp 120 miliar untuk belanja modal atau capital expenditure (capex) di tahun 2012. Kebutuhan dana akan dipenuhi dengan kas internal.
Presiden Direktur CPRO, Mahar Atanta Sembiring, menuturkan, belanja modal digunakan, setidaknya, untuk tiga proyek. Pertama, CPRO tahun ini mulai merambah bisnis makanan olahan berbasis udang dan ikan yang disebut Frosh & Fiesta Seafood.
Sebagai tahap awal, CPRO membangun pabrik pengolahan di Lampung. Pabrik ini mampu memproduksi makanan olahan berbasis ikan dan udang sebanyak 400 ton per bulan. "Tahun ini utilisasinya masih sekitar 50 ton per bulan," kata Mahar, Jumat (1/6).
CPRO memandang masyarakat Indonesia makin gemar mengkonsumsi makanan yang bersifat instan seiring perubahan pola hidup. Imbasnya, permintaan makanan olahan di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun.
Ini alasan CPRO membidik pasar domestik. Tahun ini, CPRO memprediksi bisnis makanan olahan bisa menyumbang penjualan Rp 100 miliar hingga Rp 150 miliar. "Target pertama pasar domestik, tapi kami nanti bisa mengekspor," ujar Mahar.
Selain itu, CPRO menggunakan capex untuk memperkuat bisnis pakan ternak, seperti meningkatkan produksi pakan ikan. Tahun lalu, CPRO berhasil memproduksi 360.000 ton pakan ikan. Seiring kenaikan permintaan, CPRO akan menambah produksi pakan ikan 30.000 ton-40.000 ton. Alhasil, akhir 2012, CPRO bisa memproduksi pakan ikan berkisar 390.000 ton-400.000 ton.
Produksi pakan udang juga akan terus diperkuat guna memenuhi permintaan domestik. Saat ini, kapasitas produksi pakan udang CPRO sudah 159.000 ton per tahun.
Mahar mengklaim, CPRO bisa menambah produksi pakan udangnya sebanyak 60.000 ton lagi. Untuk memperkuat bisnis pakan, CPRO berniat memproduksi makanan untuk anjing dan kucing.
Bisnis ini sudah digarap, namun CPRO baru bertindak sebagai importir. CPRO mengklaim sudah berhasil menjual pakan kucing dan anjing sebanyak 300 ton per bulan.
Pengelola CPRO tak bersedia membeberkan target kinerja keuangan 2012. Maklum, kinerja CPRO di 2011 jauh dari menggembirakan. CPRO sebenarnya meraup kenaikan penjualan 20,6% year-on-year (yoy) menjadi Rp 7,53 triliun. Tapi kenaikan itu tenggelam oleh rugi penurunan nilai aset tetap senilai Rp 545,68 miliar. Rugi ini adalah imbas penghentian operasi tambak eks Dipasena yang dikelola anak usaha CPRO, yaitu PT Aruna Wijaya Sakti (AWS).
CPRO juga harus menanggung pencadangan piutang ragu-ragu dari plasma yang kemungkinan tak dapat tertagih sebesar Rp 887 miliar. Imbasnya, CPRO menderita rugi bersih Rp 2,04 triliun, membengkak 220,63% dari rugi bersih 2010 yang senilai Rp 635,48 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News