kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.526.000   -2.000   -0,13%
  • USD/IDR 16.240   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.037   -29,18   -0,41%
  • KOMPAS100 1.050   -5,14   -0,49%
  • LQ45 825   -5,35   -0,64%
  • ISSI 214   -0,85   -0,40%
  • IDX30 423   -1,15   -0,27%
  • IDXHIDIV20 514   0,87   0,17%
  • IDX80 120   -0,69   -0,57%
  • IDXV30 125   1,36   1,09%
  • IDXQ30 142   0,26   0,18%

CPO rentan terpeleset lagi


Selasa, 18 November 2014 / 08:36 WIB
CPO rentan terpeleset lagi
ILUSTRASI. Indeks utama Wall Street ditutup menguat pada Kamis (1/6), ada harapan The Fed akan berhenti menaikkan suku bunganya.REUTERS/Andrew Kelly


Reporter: Yuthi Fatimah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Kenaikan permintaan minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO) untuk kebutuhan biodiesel berpeluang mendongkrak harga minyak sawit. Tapi, tetap saja harga CPO rentan terkoreksi. Harga CPO memang bangkit (rebound) setelah jatuh empat hari berturut-turut.

Mengutip Bloomberg, Senin (17/11), harga CPO pengiriman Januari 2015 di Malaysia Derivatives Exchange ditutup naik 0,91% dibanding akhir pekan lalu menjadi RM 2.224 atau setara US$ 663,68 per metrik ton. Sebelumnya, harga CPO terpangkas 2,69% dalam empat hari perdagangan. Meski rebound, selama tahun ini harga CPO sudah turun 14,8%.

Analis Monex Investindo Futures, Zulfirman Basir, mengatakan, salah satu penyebab kenaikan harga minyak sawit adalah kebijakan Malaysia yang memperbesar porsi biodiesel dari bahan minyak sawit untuk campuran bahan bakar. Hal ini memberikan harapan permintaan CPO di dalam negeri meningkat. Ada harapan juga volume ekspor Malaysia dan Indonesia naik. Kedua negara ini memperpanjang bebas bea keluar.

Dorab Mistry, Direktur Godrej International Ltd, mengatakan, pekan pertama November, permintaan CPO untuk konsumsi dan biofuel memasuki tren bullish, lantaran bebas pajak ekspor.

Menurut David Ng, Spesialis Derivative Phillip Futures di Kuala Lumpur, kenaikan harga CPO juga didorong sinyal penurunan produksi Malaysia. "Pasar menilai penurunan produksi November mengindikasikan penurunan stok," ujarnya kepada Bloomberg, Senin (17/11).

Pada pekan pertama November ini, produksi turun 0,2% menjadi 1,89 juta ton. Secara historis, produksi minyak sawit Malaysia mulai turun setelah mencapai puncak produksi pada Juli-Oktober.

Masih rentan turun Namun, meski rebound, analis MNC Securities, Dian Agustina menduga, harga CPO masih rawan koreksi. Pasalnya, pelaku pasar akan merespon data ekspor Malaysia. Senin (17/11) malam, Intertek merilis, ekspor Malaysia periode 1-15 November turun 4,5% dibanding periode yang sama bulan Oktober menjadi 598.269 ton. "Data yang negatif akan menekan pergerakan harga CPO," ujarnya.

Menurut Zulfirman, meski di awal pekan harga naik, namun harga relatif masih konsolidasi, mengingat kenaikan harga juga didorong aksi bargain hunting karena sudah turun tajam. Secara teknikal, lanjut Zulfirman, CPO bergerak sideway dengan kecenderungan turun.

Garis moving average convergence divergence (MACD) di level 5, yang menunjukkan penurunan. Stochastic berada di 25%. Ini juga mengindikasikan turun. Namun, relative strength index (RSI) berada di atas 50% yang menunjukkan naik. Dian memprediksi, sepekan ini, harga minyak sawit akan bergerak antara RM 2.180-RM 2.250 per metrik ton. Adapun, hingga akhir tahun, CPO akan berada di kisaran RM 2.220-RM 2.300 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×