kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

China masih sokong harga batubara


Selasa, 01 November 2016 / 07:40 WIB
China masih sokong harga batubara


Reporter: Namira Daufina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Harga batubara masih terus melesat. Mengutip Bloomberg, Senin (31/10), harga batubara kontrak pengiriman Desember 2016 di ICE Futures Exchange terbang 5,68% jadi US$ 104,25 per metrik ton. Sementara dalam sepekan harga sudah melesat 11,2%.

Direktur Garuda Berjangka Ibrahim menyebut produksi batubara China yang terus merosot jadi pendongkrak utama harga batubara global. Produksi batubara China anjlok 12% di September 2016.

"Padahal ini sudah memasuki musim dingin dan biasanya permintaan akan naik tajam di musim dingin," ujar Ibrahim.

Pernyataan ini sejalan dengan laporan National Development & Reform Commission China, bahwa pada akhir September 2016, stok batubara turun 14% dibanding September 2015. Untuk stok yang tersedia di pembangkit listrik utama China hanya di kisaran 64,5 ton atau cukup untuk 21 hari masa kerja saja.

Meski begitu, Ibrahim menilai harga batubara hari ini (1/11) berpotensi terkoreksi tipis. Pasalnya, ada kemungkinan harga batubara akan tertekan penguatan dollar AS dan pelemahan harga minyak. Koreksi tipis ini wajar karena secara fundamental harga batubara masih menunjukkan tren bullish.

Apalagi, permintaan batubara masih akan bertambah. "Permintaan tinggi datang dari India dan negara Asia lainnya, karena kebutuhan batubara untuk pembangkit listrik di kawasan ini masih besar," ungkap Ibrahim.

Berlandaskan pada faktor fundamental tersebut, Ibrahim menghitung harga batubara bisa mencapai US$ 107 per metrik ton hingga akhir tahun. "Ini akan menjadi titik tertinggi tahun ini dan harga masih mungkin bergerak ke arah sana," tutur Ibrahim.

Permintaan naik

Di sisi lain, Research and Analyst Asia Tradepoint Futures Deddy Yusuf Siregar menambahkan, aktivitas impor batubara China bisa naik. Penyebabnya, kebutuhan barubara di Negeri Panda ini masih tinggi.

Bahkan, India telah berupaya untuk meningkatkan produksi batubara hingga mencapai 1,5 miliar ton pada 2020. Ini strategi agar bisa menggenjot keuntungan. India melihat potensi dari tingginya permintaan global yang tinggi.

"Hanya saja kan belum ada catatan resmi sejauh apa permintaan ini benar naik, jika nantinya tidak terbukti bukan tidak mungkin harga batubara bisa tergerus lagi," perkiraan Deddy.

Tapi analisis Energy Information Administration (EIA) menyebut, permintaan batubara global akan tetap tinggi hingga 2040, dengan catatan permintaan naik sekitar 0,4% per tahun. Apalagi, dari survei produsen batubara, 73% optimistis hingga 2–3 tahun ke depan, India akan tetap mengimpor batubara untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Dari sisi teknikal harian, Deddy menganalisa peluang harga naik masih ada, tapi waspadai koreksi. Tekanan pada harga terlihat dari relative strength index (RSI) level 77 dan stochastic level 95. Keduanya sudah masuk area overbought dan bisa memicu koreksi jangka pendek.

Sedangkan harga memang masih berada di atas moving average (MA) 50, 100 dan 200, mendukung kenaikan. Garis moving average convergence divergence (MACD) juga ada di area positif, berpola uptrend.

Karena itu, hari ini (1/11), Deddy menghitung harga batubara akan terkoreksi tipis ke kisaran US$ 103,5–US$ 104,50 per metrik ton. Sementara Ibrahim memperkirakan sepekan ke depan harga bergerak di kisaran US$ 102,5–US$ 106,30 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×