Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Aksi Bank Sentral China alias People's Bank of China (PBOC) yang memangkas suku bunga acuan pada akhir pekan lalu mengangkat harga Surat Utang Negara.
Kondisi ini tercermin pada rata-rata harga obligasi pemerintah yang ditunjukkan oleh INDOBeX Government Clean Price pada Senin (26/10) yang terangkat 0,28% dibandingkan posisi akhir pekan lalu ke level 105,47.
Analis Fixed Income MNC Securities I Made Adi Saputra menjelaskan, kenaikan harga SUN tersebut berimbas pada koreksi imbal hasil. "Untuk SUN seri acuan bertenor lima tahun, 10 tahun, 15 tahun, dan 20 tahun masing-masing imbal hasilnya mengalami penurunan terbatas sebesar 2 bps, 1 bps, 2 bps dan 4 bps," tukasnya.
Ketika harga obligasi naik, imbal hasil instrumen tersebut akan terkoreksi. Sebaliknya, saat harga obligasi turun, imbal hasilnya bakal terangkat.
Made berpendapat, faktor pendorong kenaikan harga SUN pada Senin (26/10) adalah tindakan China memangkas suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 4,35% akhir pekan lalu, aksi keenam kalinya sejak November 2014.
Mereka juga melonggarkan besaran Giro Wajib Minimum perbankan China guna mendorong pertumbuhan ekonomi. Memang Produk Domestik Bruto (PDB) Negeri Tirai Bambu per kuartal III 2015 tercatat 6,9%, angka terendah sejak 2009.
Namun, kenaikan harga SUN relatif terbatas. "Investor menahan diri untuk melakukan transaski menjelang pelaksanaan lelang penjualan SUN yang diadakan pemerintah," tukasnya.
Situs Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan menyebutkan, pemerintah bakal menggelar lelang SUN pada Selasa (27/10) dengan target indikatif Rp 7 triliun - Rp 10,5 triliun.
Faktor lainnya, investor cenderung wait and see karena Negeri Paman Sam menggelar Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (FOMC Meeting) yang berlangsung pada 27 Oktober 2015 - 28 Oktober 2015 yang salah satunya membahas rencana kenaikan suku bunga acuan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News