Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Jago Tbk (ARTO) berhasil mencatatkan laba bersih pada kuartal III tahun 2021 setelah enam tahun merugi. Pada kuartal III tahun ini, ARTO membukukan keuntungan bersih Rp 14 miliar. Laba bersih ARTO ditopang dari pertumbuhan kredit sebesar 71,7% secara kuartalan menjadi Rp 3,73 triliun.
Meski begitu, selama sembilan bulan di tahun ini, ARTO masih mencatatkan rugi bersih Rp 33 miliar. Analis BRIDanareksa Sekuritas Eka Savitri dalam riset 22 Oktober 2021 menjelaskan, kontribusi kredit ARTO didominasi dari kerjasama dan ekosistem digital. Seperti dari P2P lending, perusahaan multifinance dan lainnya. Menurut dia, segmen tersebut masih akan menjadi mesin pertumbuhan bagi ARTO.
Selain itu, produk kredit langsung bank akan diluncurkan pada kuartal IV tahun ini. "Secara keseluruhan, kami mempertahankan asumsi laba bersih ARTO di tahun 2022 sebesar Rp 302 miliar dengan pertumbuhan pinjaman 102,1% secara year on year (yoy)," jelas Eka dalam riset.
Baca Juga: Bank Jago cetak laba bersih di kuartal III-2021, meski masih merugi sepanjang 2021
Di sisi pendanaan, simpanan nasabah tumbuh sebesar 47,3% secara kuartalan didukung dari CASA dan deposito. "Hal ini disebabkan kontribusi CASA lebih tinggi hingga September 2021 berkontribusi sebesar 38,7% dari akhir Juni 2021 sebesar 30,2%," ujar Eka.
ARTO baru-baru ini meluncurkan bisnis syariah. Inisiatif ini dinilai akan menjadi fitur baru yang komprehensif dan bisa menarik lebih banyak pelanggan ke depan. Manajemen ARTO menyoroti perlunya membangun dari sisi funding terlebih dahulu dalam bisnis syariah sebelum menggenjot pertumbuhan kredit.
Baru-baru ini, Bank Jago telah menjalin kerjasama dengan Amaan, perusahaan P2P berbasis syariah. Amaan lebih akan fokus melakukan pembiayaan kepada kelompok perempuan dan menawarkan hasil yang relatif menarik.
Segmen bisnis yang akan dikembangkan oleh Bank Jago adalah peningkatan kredit di segmen UMKM selain kredit konsumer individu. Ini sejalan dengan kemitraan dengan GoTo khususnya dari sisi merchant.
Pada tahap saat ini, ARTO sedang dalam proses pengelompokan para pedagang dari segmen bisnis seperti makanan, elektronik, fashion dan lainnya. "Dengan demikian , kami percaya sistem penilaian kredit dan proses penjaminan harus lebih spesifik dan lebih terukur," jelas Eka dalam riset.
Hingga tahun 2022, BRIDanareksa Sekuritas memperkirakan, pertumbuhan kredit ARTO bisa 102,1% secara yoy menjadi Rp 9,1 triliun. "Kami mempertahankan rekomendasi BUY saham ARTO dengan target harga di Rp 20.000 per saham," saran Eka.
Target harga tersebut mencerminkan 11 juta pelanggan dan potensi pertumbuhan kredit. Sementara risiko yang bisa dialami oleh ARTO adalah jika akuisisi pelanggan lebih rendah dari proyeksi, pembalikan bunga serta kerjasama dengan GoTo yang tidak lagi eksklusif.
Baca Juga: Perbankan kian agresif menggandeng perusahaan fintech P2P lending
Sepanjang tahun ini, ARTO diperkirakan masih mencatatkan rugi bersih sebesar Rp 19 miliar sedangkan pada tahun 2022 membukukan laba bersih Rp 302 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News