Reporter: Kornelis Pandu Wicaksono | Editor: Wahyu T.Rahmawati
JAKARTA. Cermat memilah instrumen investasi pada hal yang dimengerti dan disukai. Bagi Gurasa Siagian, Director of Equity Sales Batavia Prosperindo Sekuritas, itulah prinsip berinvestasi yang ia pegang kuat selama ini.
Lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada ini mengaku, pertama kali berinvestasi di produk-produk perbankan. Meski jebolan fakultas ekonomi, pengetahuannya tentang pasar modal masih terbatas. "Jadi otomatis yang terbersit di pikiran saya adalah investasi di produk-produk perbankan," ujarnya.
Dia memulai investasi itu usai lulus kuliah, setelah memiliki dana lebih yang tidak terpakai. Gunara mulai mengenal investasi di pasar uang termasuk produk pasar modal setelah ia menjadi pegawai suatu perusahaan sekuritas sebagai management trainee.
Akhirnya, ia pun banting setir berinvestasi di saham. "Karena jumlah dana yang diinvestasikan terbatas, akhirnya saya pilih yang sesuai dengan dana yang saya miliki. Waktu itu saya mulai belajar masuk ke saham," ujarnya.
Ia melangkah ke pasar saham dengan dana Rp 10 juta. Di awal investasi saham, Gurasa beberapa kali merugi. "Ini yang namanya uang sekolah," guraunya.
Menurutnya, kerugian di awal-awal investasi itu karena terlalu percaya kata orang lain yang didapat dari koran atau radio. Dari pengalaman ini, ia semakin mengerti seluk beluk cara analisa dan faktor-faktor apa yang harus diperhatikan.
Mengelola sendiri
Pada awalnya, Gurasa menyukai saham bervolatilitas tinggi dengan nominal mini dan investasi dalam jangka waktu singkat. "Tapi pada akhirnya, saya melihat memang jiwa saya mungkin lebih suka yang sifatnya lebih stabil dan fundamentalnya lebih bagus," ujar dia.
Setahun pertama berinvestasi saham, Gurasa belajar mengelola portofolio. Di tahun kedua, ia mulai membagi investasinya. Ia tetap memiliki porsi saham-saham dengan pergerakan harga cepat. Tapi, ada sebagian portofolio yang masuk lebih ke fundamental dan dengan jangka menengah ke panjang.
Untuk pemilihan saham, ia mengaku mengumpulkan riset-riset sekuritas untuk mencari konsensusnya. Gunara mencermati beberapa analisa untuk suatu saham tertentu. Itulah yang dijadikan patokan. Ia masuk suatu saham jika memiliki potensi keuntungan minimum 10%.
Saat ini, Gurasa memiliki diversifikasi portofolio yang semakin berkembang. Ia menaruh 50% portofolio di saham, 20% properti, dan sekitar 30% di instrumen keuangan seperti deposito. "Sebesar 30% saya taruh sebagai cash, deposito atau apa yang memang ini bisa saya gunakan sewaktu-waktu untuk switching, bisa saya tambah ke saham atau properti," tambahnya.
Ia menaruh proporsi portofolio di saham yang cukup besar, untuk mencari pertumbuhan tinggi. Porsi saham ini pun ia bagi lagi, yakni 70% untuk jangka minimal setahun dan 30% untuk mengikuti momentum. "Karena kadang satu saham itu saya beli di awal tahun, di akhir tahun harganya sama padahal di tengah dia berfluktuasi. Nah saya pakai yang 30% untuk mengambil momentum itu," jelasnya.
Gurasa mengaku, ia mengelola sendiri portofolio sahamnya, tidak memakai jasa manajer investasi. Kemudahan akses informasi karena pekerjaannya di pasar modal menjadi senjata untuk pengambilan keputusan berinvestasi. "Karena saya percaya, dalam kita mengelola suatu investasi, yang kita perlukan adalah pengetahuan terhadap instrumen investasi tersebut," ujarnya.
Ia tidak berinvestasi ke valuta asing ataupun komoditas karena ruang lingkup analisanya yang terlalu luas. "Saya punya prinsip, dalam berinvestasi, semakin kecil scope yang kita analisa, akan lebih tepat," imbuhnya.
Tips berinvestasi ala Gurasa
Bagi Gurasa, investasi adalah hal penting dan oleh karena itu harus dilakukan dengan maksimal. "Manusia itu adalah homo economicus, dia selalu berpikir dengan ekonomi. Tidak ada orang usaha mau rugi, tidak ada orang mau duitnya berkurang," ujarnya.
Saran berinvestasi pertama dari Gurasa adalah mengenal instrumen investasi yang akan digeluti. Ia sangat melarang orang untuk berinvestasi hanya karena ikut-ikutan. Ia mengatakan, ada marketing yang kadang tidak memberitahukan risiko investasi. "Jadi harus melek. Ini kalau Anda berinvestasi, harus mengerti instrumennya. Itu tips yang pertama. Jangan segan-segan belajar, literatur banyak internet segala macem," ujar dia.
Kedua, menyesuaikan cara investasi dengan karakter. "Kalau memang karakter Anda yang tenang-tenang, beli instrumen yang tenang-tenang," tambahnya.
Ketiga adalah menentukan target. Kalau target tercapai, harus direalisasikan. Jika ingin investasi lagi, harus dianalisa lagi.
Tips keempat yang tak kalah pentingnya adalah menggunakan dana tidak terpakai. "Bahkan tabungan atau uang jaga-jaga itu jangan dipakai," jelasnya. Hal ini untuk mencegah risiko bila kita sewaktu-waktu membutuhkan dana tersebut. Hal ini juga menurutnya akan membuat seseorang lebih tenang dalam berinvestasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News