Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Berinvestasi tak luput dari risiko. Memperhatikan aset dasar (underlying asset) setiap produk investasi termasuk reksadana pendapatan tetap, jangan dilupakan. Meski produk ini lebih konservatif dibanding reksadana saham, namun jika salah strategi, bukannya untung, investor malah buntung.
Maklum, tidak sedikit belakangan ini sejumlah obligasi korporasi yang default alias gagal bayar. Manajer investasi (MI) harus pintar-pintar memilih aset dasar untuk setiap produk reksadana agar belakangan hari tidak merugi.
Sebut saja obligasi milik PT Berlian Laju Tanker Tbk (BLTA). Emiten pelayaran ini menyatakan tidak mampu membayar kupon utang enam seri obligasinya pada Februari 2012. PT Davomas abadi Tbk (DAVO) juga tidak sanggup membayar kupon obligasi pada 7 Maret 2012. Alasan Davomas, kas keuangan perusahaan ini minim.
PT Tuban Petrochemical Industries (Tuban Petro) juga dinyatakan gagal bayar oleh PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) karena tidak dapat membayar multi years bond seri VII senilai Rp 734 miliar pada 27 September 2012. Padahal Tuban Petro telah mendapat perpanjangan waktu pelunasan selama 30 hari, dari sebelumnya 27 Agustus, menjadi 27 September 2012.
Anak usaha grup Bakrie, PT Bakrie Telecom Tbbk (BTEL) juga sempat terancam gagal bayar karena tidak sanggup menyelesaikan utang obligasi yang jatuh tempo 4 September 2012 lalu. Namun, perusahaan telekomunikasi itu akhirnya sanggup lepas dari predikat gagal bayar.
Sejumlah perusahaan MI mengklaim tidak memiliki investasi yang ditempatkan pada obligasi gagal bayar. PT Panin Asset Management (PAM) mengaku selalu berhati-hati memutar dana. "Aset dasar kami tidak ada yang berupa obligasi BLTA. Kami juga tidak pernah memiliki obligasi gagal bayar pada aset dasar kami," ujar Portofolio Manager Fixed Income Panin Asset Management Benjamin Siahaan.
Pertimbangkan DER
Dia mengatakan, Panin memilih obligasi korporasi dengan mempertimbangkan posisi debt equity ratio (DER) serta cash flow penerbit obligasi. Saat ini, sekitar 50% aset dasar reksadana pendapatan tetap Panin ditempatkan pada obligasi korporasi. Sisanya di obligasi pemerintah.
Total dana kelolaan reksadana pendapatan tetap Panin hanya sekitar Rp 400 miliar. Nilai tersebut masih kecil dibanding total dana kelolaan yang mencapai Rp 10 triliun.
Schroder Investment Management juga mengklaim tidak memiliki aset berupa obligasi korporasi gagal bayar. "Kami selalu berhati-hati," ujar Direktur Utama Scroder, Michael Tjoadi.
Head of Fixed Income Investment Danareksa Investment Management, Priyanto Soedarsono, juga menyatakan Danareksa tidak menaruh dananya di obligasi yang gagal bayar. "Kami melakukan rebalancing secara berkala," ujar Priyanto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News