Reporter: Rashif Usman | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Astra International Tbk (ASII) mencatatkan penurunan kinerja pada semester I 2024. Pendapatan dan laba bersih perseroan kompak turun jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Melansir laporan keuangan, ASII mencatatkan laba bersih sebesar Rp 15,85 triliun di semester I 2024. Ini turun 9,12% secara tahunan alias year on year (YoY) dari Rp 17,44 triliun.
Analis Kiwoom Sekuritas Vicky Rosalinda mengatakan, meski ada penurunan pada pendapatan dan laba bersih tetapi masih sesuai dengan ekspektasi. Dirinya melihat penyebab lesunya kinerja ASII dikarenakan penjualan mobil dan sepeda motor yang menurun.
Selain itu juga disebabkan oleh bisnis pertambangan yang menurun terdampak oleh pelemahan harga batubara dan juga segmen konstruksi. Kemudian investasi di PT GoTo Gojek Tokopedia (GOTO) yang mengalami kerugian sebesar Rp 817 miliar dan investasi di PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL) merugi sebesar Rp 34 miliar.
"Menurut kami dari hasil kinerja ASII yang menurun tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap harga sahamnya," kata Vicky kepada Kontan, Kamis (8/8).
Baca Juga: Simak Rencana Investasi Bisnis Astra International (ASII) di Masa Depan
Vicky mengatakan, prospek ASII ke depannya diperkirakan masih berpeluang untuk adanya perbaikan kinerja dengan strategi bisnisnya untuk memperoleh kinerja yang lebih baik dalam jangka panjang.
Adapun pendorongnya yaitu ASII akan membuat produk-produk yang terbaik dan memberikan layanan yang lebih baik sesuai dengan kebutuhan masyarakat di Indonesia.
"Selain itu juga jaringan Astra yang banyak di Indonesia, mulai dari penjualan, ekosistem, baik pembiayaan, asuransi, hingga trade-in used car," jelasnya.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta Utama mencermati, ASII yang mengalami downtrend memang sudah sejalan dengan dinamika yang terjadi.
Di antaranya berkaitan dengan mobil listrik seperti dinamika insentif pajak misalnya. Selain itu, kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia juga ikut mempengaruhi kinerja ASII.
Nafan menambahkan prospek kinerja ASII masih berkaitan dengan faktor stabilitas pertumbuhan ekonomi Indonesia. Menurutnya, faktor tersebut bisa mempengaruhi stabilitas permintaan, khususnya dari bisnis otomotif yang dimiliki ASII.
"Jadi nanti akan mendorong permintaan sektor otomotif, bahkan kredit untuk kendaraan. Insentif PPnBM (Pajak Penjualan Atas Barang Mewah) juga mudah-mudahan itu terus dilakukan,"
Disisi lain, Nafan juga melihat adanya potensi Bank Indonesia yang akan menurunkan suku bunga acuan pada awal kuartal IV-2024. Hal ini tentunya bakal mempengaruhi kinerja dari ASII.
Melihat hal tersebut, Vicky merekomendasikan untuk trading buy pada ASII dengan target harga Rp 4.910 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News