kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.543.000   4.000   0,26%
  • USD/IDR 15.838   -98,00   -0,62%
  • IDX 7.384   -108,06   -1,44%
  • KOMPAS100 1.138   -20,96   -1,81%
  • LQ45 901   -18,70   -2,03%
  • ISSI 224   -1,86   -0,82%
  • IDX30 463   -11,32   -2,38%
  • IDXHIDIV20 560   -12,38   -2,16%
  • IDX80 130   -2,40   -1,81%
  • IDXV30 139   -1,66   -1,18%
  • IDXQ30 155   -3,12   -1,97%

Buyback SUN sepi peminat


Senin, 26 September 2011 / 09:15 WIB
Buyback SUN sepi peminat
ILUSTRASI. PT Perkebunan Nusantara V buka lapangan pekerjaan melalui pengembangan diversifikasi 1,5 juta bibit sawit unggul di Dumai, Riau.


Reporter: Wahyu Satriani Ari Wulan | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Transaksi pembelian kembali (buyback) surat utang negara di pasar sekunder sepi peminat. Dalam aksi yang digelar Jumat (23/9) lalu, pemerintah cuma membeli satu seri SUN Rp 11,78 miliar.

Pemerintah menyerap obligasi seri FR0026 yang jatuh tempo 15 Oktober 2014 dengan kupon 11%. Harga rata-rata tertimbang seri ini 113%. Dus, dalam tiga hari terakhir pemerintah menggelontorkan Rp 2,55 triliun untuk buyback SUN. Pada Rabu lalu (21/9), pemerintah melakukan buyback Rp 2,08 triliun lewat lelang. Sehari setelah itu pemerintah melakukan buyback secara langsung senilai Rp 363 miliar.

Aksi buyback SUN oleh Bank Indonesia dalam rangka operasi pasar moneter juga sepi peminat. Pada Jumat lalu, penawaran yang masuk Rp 1,4 triliun. Tapi BI hanya mengeksekusi Rp 300 miliar. Jumlah itu jauh dari target indikatif Rp 4 triliun. Demikian pula pada buyback pada 22 September, dimana BI hanya membeli SUN Rp 3,2 triliun dari target Rp 5 triliun.

“Ini bagian dari langkah BI dalam rangka stabilisasi rupiah serta menambah SUN sebagai instrumen moneter," ujar Direktur Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter BI, Perry Warjiyo, pekan lalu.

Analis obligasi NC Securities I Made Adi Saputra mengatakan rendahnya nilai buyback yang dimenangkan pemerintah dan BI karena investor ingin menjual SUN di harga tinggi. Sedangkan pemerintah dan BI menawar pada harga rendah. "Ini mengindikasikan, meski butuh likuiditas, investor masih ingin harga jual yang tinggi," ujar dia.

Alasan yang lain, investor tidak berminat melepas SUN karena harganya rendah. Toh, di tengah kondisi pasar finansial yang bergejolak, instrumen investasi lainnya juga tak menjanjikan keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan obligasi negara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×