Reporter: Oginawa R Prayogo |
JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sudah memberi lampu hijau kepada seluruh emiten untuk melakukan pembelian saham kembali (buyback). Hal tersebut pun langsung direspon baik oleh para emiten termasuk BUMN yang melantai di bursa seperti PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), dan PT Bank Mandiri (BMRI).
Namun, kebijakan buyback tersebut pun dapat kritikan dari ekonom Kadin Indonesia terutama buyback yang dilakukan BUMN. Dana buyback tersebut dianggap lebih baik untuk digunakan produksi.
Didik J. Rachbini, Ketua Lembaga Pengkajian, Penelitian dan Pengembangan Ekonomi Kamar Dagang dan Industri (LP3E Kadin) menyarankan dalam keadaan kondisi keuangan labil seperti sekarang yang harus diselamatkan terlebih dahulu adalah ekonomi sektor riil dibandingkan pasar modal.
"Kalau krisis nilai tukar dulu diselamatkan jangan pasar saham dengan buyback. Gunakan uang BUMN perkuat ekspor, untuk genjot produksi bukan untuk buyback saham," kata Didik.
Menurut Didik jika produksi digenjot maka otomatis lebih banyak barang yang dijual. Bahkan jika di ekspor dapat mendatangkan mata uang asing seperti dollar Amerika Serikat.
Menurut dia buyback boleh dilakukan secara alamiah bukan atas suruhan. "Biarkan buyback dilakukan secara alamiah jangan suruh BUMN untuk buyback. Biarkan pasar modal naik turun layaknya pasar naik turun," ujar Didik.
Didik juga bilang belum tentu akan dapat untung juga perseroan yang melakukan buyback saat sekarang ini. Alasannya siapa yang tahu harga saham di masa mendatang. "Buyback sekarang bisa untung dan rugi, belum tentu harga sekarang lebih murah. Kalau besok turun lagi, seperti apa," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News