kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bursa Wall Street Rontok Tertekan Ketegangan Rusia-Ukraina dan Bunga The Fed


Sabtu, 12 Februari 2022 / 05:55 WIB
Bursa Wall Street Rontok Tertekan Ketegangan Rusia-Ukraina dan Bunga The Fed


Sumber: Reuters | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - NEW YORK/WASHINGTON. Bursa saham global termasuk Wall Street rontok pada Jumat (11/2), di tengah kekhawatiran meningkatnya ketegangan Ukraina-Rusia. Ditambah lagi dengan perkiraan jadwal kenaikan suku bunga The Federal Reserve yang diperketat untuk menanggapi inflasi yang tinggi selama beberapa dekade.

Jumat (11/2), Dow Jones Industrial Average (.DJI) merosot 503,53 poin atau 1,43% menjadi 34.738,06. Indeks S&P 500 jatuh 85,44 poin atau 1,90% ke level 4.418,64, dan Nasdaq Composite anjlok 394,49 poin atau 2,78% ke 13.791,15.

Kerugian semakin dalam dalam perdagangan yang bergejolak di Wall Street setelah Washington menyatakan, Rusia telah mengumpulkan cukup banyak pasukan di dekat Ukraina untuk melancarkan invasi besar. Pemerintah Amerika Serikat (AS) juga mendesak warga AS untuk meninggalkan negara itu dalam waktu 48 jam setelah Moskow memperketat tanggapannya terhadap diplomasi Barat. 

Kenaikan harga minyak emang mendorong saham energi melompat lebih dari 2,8%. Namun sebagian besar dari 11 indeks sektor utama S&P 500 turun, dipimpin oleh saham teknologi dan saham diskresi konsumen.

"Dengan mendorong harga energi lebih tinggi, invasi Rusia kemungkinan akan memperburuk inflasi dan melipatgandakan tekanan pada The Fed untuk menaikkan suku bunga," kata Bill Adams, kepala ekonom Comerica Bank seperti dikutip Reuters.

Baca Juga: AS: Terus Tumpuk Pasukan, Serangan Rusia ke Ukraina Bisa Kapan Saja

Ia menambahkan, dari perspektif The Fed, efek inflasi dari invasi Rusia dan harga energi yang lebih tinggi kemungkinan akan lebih besar daripada implikasi negatif kejutan untuk pertumbuhan global.

Pasar terhuyung-huyung setelah laporan Departemen Tenaga Kerja AS pada hari Kamis yang menunjukkan inflasi AS pada level terpanas dalam empat dekade. Ini memicu kekhawatiran bahwa Fed dapat mulai menaikkan suku bunga utama lebih agresif daripada yang diantisipasi banyak orang. 

Kekhawatiran itu meningkat setelah Presiden Federal Reserve St. Louis James Bullard mengatakan kepada Bloomberg bahwa dia menginginkan persentase penuh kenaikan suku bunga selama tiga pertemuan kebijakan The Fed berikutnya. 

Pasar keuangan sepenuhnya memperkirakan kenaikan suku bunga setidaknya 25 basis poin dari Fed pada pertemuan kebijakan 15-16 Maret dan memperkirakan peluang 71,5% dari kenaikan 50 basis poin, menurut Alat FedWatch CME Group.

"Kami benar-benar tidak akan tahu apa yang akan dilakukan The Fed sampai itu terjadi," kata Tim Ghriskey, ahli strategi portofolio senior di Ingalls & Snyder di New York. "Ada lebih banyak data antara sekarang dan pertemuan Fed berikutnya untuk mereka akses."

Baca Juga: Joe Biden Meminta Seluruh Warga AS untuk Meninggalkan Ukraina

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×