Reporter: Noor Muhammad Falih | Editor: Sofyan Hidayat
JAKARTA. Kondisi pasar modal yang fluktuatif akibat faktor luarnegeri dan politik tak mengurangi minat sejumlah manajer investasi (MI) menerbitkan produk reksadana baru. Malah, MI ingin memanfaatkan minat investasi yang cukup tinggi di akhir tahun. Maklum, ada harapan pemerintahan baru bakal membawa ekonomi Indonesia lebih baik dan mengerek imbal hasil reksadana.
Direktur Trimegah Asset Management Like Kaawoan menegaskan, kondisi politik yang belum kondusif tak menjadi halangan bagi perusahaan untuk menerbitkan reksadana baru. Apalagi kemelut politik yang menekan pasar modal hanya bersifat sementara.
Like yakin, presiden terpilih Joko Widodo bersama jajaran kabinetnya akan membawa perubahan positif bagi Indonesia. “Keadaan politik saat ini tidak berdampak signifikan pada rencana peluncuran produk baru,” tutur Like.
Trimegah Asset Management berencana meluncurkan enam produk reksadana baru di sisa tahun ini. “Ada reksadana open-end, terproteksi dan penyertaan terbatas,” kata Presiden Direktur Trimegah Asset Management Denny Thaher baru-baru ini.
Manajer investasi lain, yakni Indo Premier Investment Management juga berencana menerbitkan satu produk exchange traded fund (ETF) Financials. Aset dasar ETF ini mayoritas bakal ditempatkan pada efek saham sektor keuangan.
Direktur Indo Premier Investment Management Diah Sofiyanti bilang, produk baru tersebut bakal terbit Oktober atau November nanti. “Kami masih menunggu izin efektif,” kata Diah.
Menurutnya, pemerintah baru bakal membangun banyak proyek infrastruktur yang membutuhkan dukungan sektor finansial. Alhasil, sektor finansial bakal semakin bertumbuh. Diah menargetkan imbal hasil produk ETF Financial sebesar 15% hingga 20% dalam setahun.
Jangka panjang
Sementara BNP Paribas Investment Partners lebih mempertimbangkan kebutuhan pasar dalam menerbitkan produk reksadana baru. Presiden Direktur BNP Paribas Investment Partners Vivian Secakusuma mengatakan, masih mengkaji rencana peluncuran produk baru. “Jika jadi diluncurkan, jenisnya akan tergantung dari minat dan kondisi pasar,” ujar Vivian tanpa mengurai detail rencana tersebut.
Sedangkan Direktur Panin Asset Management Ridwan Soetedja mengaku belum berencana menerbitkan reksadana anyar akhir tahun ini. Panin ingin fokus meningkatkan kinerja produk yang kini sedang dikelola.
Analis Infovesta Utama, Edbert Suryajaya menilai, prospek penerbitan reksadana baru pada kuartal IV tergantung pada jenis reksadananya. "Reksadana terproteksi akan lebih aman kinerjanya dibanding reksadana saham karena kondisi pasar modal saat ini," ujar Edbert.
Sebelum berinvestasi, Edbert menyarankan agar investor mempertimbangkan kondisi pasar modal yang masih sulit ditebak. Investor juga harus mencermati aset dasar dari produk reksadana. Sesuaikan dengan profil risiko serta horizon investasi. Investasi mungkin juga harus jangka panjang agar investor meraih imbal hasil optimal.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, hingga 26 September 2014 terdapat 835 produk reksadana aktif. Jumlah ini turun 0,81% dibanding sebulan sebelumnya (month on month/MoM) lantaran terdapat 11 produk reksadana terproteksi yang dibubarkan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News