kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,65   -11,86   -1.27%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bursa Asia turun terdampak ekspor Jepang yang turun untuk pertama kalinya sejak 2016


Kamis, 18 Oktober 2018 / 08:37 WIB
Bursa Asia turun terdampak ekspor Jepang yang turun untuk pertama kalinya sejak 2016
ILUSTRASI. Bursa Asia


Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa saham kawasan Asia bergerak bervariasi pada hari ini. Kamis (18/10) pukul 8.26 WIB, indeks Nikkei 225 turun 0,09% ke 22.821.

Indeks Hang Seng naik 0,83% ke 25.674. Indeks Taiex pun naik 0,31% ke 10.010.

Kospi terkoreksi 0,14% ke 2.165. ASX 200 pun turun 0,18% ke 5.928. Straits Times pun turun 0,11% ke 3.067 dan FTSE Malaysia turun 0,06% ke 1.739.

Ekspor Jepang pada bulan September turun untuk pertama kalinya sejak 2016. Penurunan ekspor terutama untuk tujuan Amerika Serikat (AS) dan China.

Data ekonomi terbaru Jepang ini memicu kekhawatiran melebarnya efek perang dagang antara China dan AS. Badai yang menghantam Jepang bulan lalu pun ikut menekan produksi pabrik dan jaringan distribusi.

Data Kementerian Keuangan menunjukkan penurunan ekspor Jepang mencapai 1,2% secara tahunan. Angka ini jauh lebih buruk ketimbang polling Reuters yang memperkirakan, ekspor bakal tumbuh 1,9%. Bulan Agustus, ekspor Jepang melonjak 6,6%.

Ini adalah penurunan ekspor pertama Jepang sejak November 2016. "Pelemahan ekspor bulan September menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi stagnan di kuartal ketiga," kata Marcel Thieliant, senior Japan economist di Capital Economics dalam catatan yang dikutip Reuters.

Ekspor Jepang ke AS turun 0,2% karena penurunan mesin konstruksi dan tambang, serta suku cadang dan obat-obatan. Ekspor mobil ke AS pun turun 7% menjadi 143.000 mobil. Sedangkan impor dari AS naik 3,1%, terutama impor minyak mentah dan LPG. Hal ini menyebabkan surplus perdagangan Jepang terhadap AS turun 4% secara year on year menjadi ¥ 590 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×