Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Havid Vebri
JAKARTA. Bursa Asia diperkirakan masih akan cenderung melemah besok. Pas alnya, data ekonomi cina yang dirilis baru-baru ini masih negatif yangmengindikasikan bahwa ekonomi negara tersebut masih mengalami kontraksi.
Pada perdagangan, Selasa(8/12), Bursa kompak ditutup terkoreks. Bursa Nikkei ditutup melorot 1,04% ke level 19.492,6, Hanseng melemah 1,34% ke 21.905,13, CSI300 turun 1,75% ke 3.623,02, dan Bursa Topix turun 1,04% ke 1.568,73.
Seiring dengan pergerakan bursa Asia, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga ditutup 1,26% ke level 4.464,18.
Lanjar Nafi, analis Reliance Securitas mengatakan, koreksi bursa Asia tersebut terutama disebabkan oleh rilis neraca perdagangan Cina yang masih tercatat negatif.
Eksport Cina di November kembali tercatat turun yakni 6,8%. Kendati lebih rendah dari penurunan bulan sebelumnya yakni 8,9%, namun penurunannya lebih tinggi dari perkiraan konsensus sebesar 5%.
Sementara tingkat impor turun 8,7%, lebih tinggi dari proyeksi analis sebesar 12%. "Data ekspor ini menunjukkan bahwa ekonomi Cina masih kontraksi karena penjualan manafaktur masih akan tertekan." jelas Lanjar, Selasa (8/12).
Sedangkan bursa Jepang, lanjut Lanjar, tertekan lebih karena penguatan mata uang Yen saja setelah data neraca perdagangan Jepang yang tercatat masih cukup positif.
Senada, Christian Saortua, analis Minna Padi Investama mengatakan koreksi koreksi di bursa asia terjadi karena melemahnya data neraca perdagangan Cina.
Data tersebut mengindikasikan bahwa ekonomi Cina masih mengalami kontraksi. Menurutnya, bursa asia masih akan melanjutkan pelemahan merespon data-data ekonomi Cina tersebut.
Menurut Lanjar, sentimen bursa asia selanjutnya adalah tingkat inflasi Cina yang akan dirilis besok. data tersebut diespektasikan naik menjadi 1,4% dari inflasi bulan Oktober sebesar 1,3%.
Lanjar melihat bursa asia masih cenderung akan tertekan. Namun, jika rilis data inflasi Cina sesuai ekpektasi maka bursa asia diperkirakan berpotensi menguat terbatas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News