kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bursa Asia memerah, menanti stimulus baru AS dan data tenaga kerja


Jumat, 07 Agustus 2020 / 08:36 WIB
Bursa Asia memerah, menanti stimulus baru AS dan data tenaga kerja
ILUSTRASI. Bursa Asia melemah


Reporter: Anna Suci Perwitasari | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Asia dibuka dengan sebagian besar berada di zona merah pada akhir pekan ini. Penantian stimulus baru di Amerika Serikat dan penguatan Wall Street gagal menopang pergerakan.

Jumat (7/8) pukul 08.21 WIB, indeks Nikkei 225 turun 63,62 poin atau 0,28% ke 22.354,53, indeks Hang Seng pun turun 21,21 atau 0,09% ke 24.909,37. Serupa, indeks Taiex turun 7,32 poin atau 0,06% ke 12.906,18.

Berbeda, Kospi justru naik 7,38 poin atau 0,32% ke 2.349,99. Namun, indeks ASX 200 melemah 28,09 poin atau 0,46% ke 6.014,10. Sementara itu, Straits Times turun 14,10 poin atau 0,55% ke 2.545,00 dan FTSE Malaysia naik 0,26 poin atau 0,02% ke 1.588,83.

Baca Juga: Jelang stimulus baru, Wall Street terus melaju, Nasdaq ditutup di atas 11.000

Pergerakan mayoritas pasar saham di Asia berbanding terbalik dari penutupan Wall Street. Tiga indeks utama di bursa AS itu berhasil menguat, dengan indeks Nasdaq cetak rekor tertinggi baru setelah di tutup di atas 11.000 untuk pertama kalinya. 

Data klaim pengangguran AS yang beragam membuat investor cenderung wait and see pada perdagangan pagi ini. Sebagian investor memilih untuk menanti data payroll AS yang dirilis hari ini.

Selain itu, data dari Jepang yang kurang menggembirakan juga menekan bursa saham Negeri Sakura tersebut. Terbaru, pengeluaran rumah tangga Jepang turun pada bulan Juni lalu.

Walau penurunan terjadi pada kecepatan yang jauh lebih lambat, tetapi jika dilihat lebih lanjut, pemulihan didorong oleh pembayaran tunai pemerintah untuk rumah tangga, yang dihabiskan untuk barang-barang besar seperti televisi, komputer pribadi dan sofa.

Hal ini menimbulkan keraguan pada kelanjutan pemulihan ekonomi di Jepang. Terlebih lonjakan kasus virus corona masih terjadi dan membuat pemerintah Jepang meminta warga menunda perjalanan yang tidak perlu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×