Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bumi Resources Tbk (BUMI) merancang sejumlah agenda bisnis prioritas untuk tahun 2023. Pertama, BUMI ingin mendongkrak produksi batubara dengan kenaikan sekitar 10% dari hasil penambangan tahun ini.
Direktur Bumi Resources, R.A. Sri Dharmayanti menyampaikan, BUMI menargetkan produksi sekitar 80 juta ton batubara pada tahun 2023. Rencana itu sudah diajukan kepada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
"Di 2022 (target) 70 juta ton dan untuk 2023 kami sudah menyampaikan rencana kepada ESDM, jumlahnya sekitar 80 juta ton, jadi ada peningkatan," ungkap Sri dalam paparan publik virtual, Selasa (29/11).
Vice President Investor Relations & Chief Economist BUMI, Achmad Reza Widjaja memaparkan, produksi batubara sampai akhir 2022 ditaksir mencapai 70 juta ton-76 juta ton. Produksi batubara BUMI disumbangkan oleh dua anak usahanya, yakni PT Kaltim Prima Coal (KPC) dan PT Arutmin Indonesia.
Sampai dengan kuartal ketiga 2022, BUMI memproduksi batubara sebanyak 53,7 juta ton. Terdiri dari produksi batubara KPC sebesar 37,6 juta ton, serta Arutmin yang menyumbang 16,2 juta ton.
Baca Juga: Sempat Terancam Pailit, Bumi Resources (BUMI) Kini Hidup Tanpa Beban Utang
Volume produksi batubara BUMI dalam periode sembilan bulan 2022 merosot 9% secara tahunan. Penurunan tingkat produksi lantaran operasional penambangan terkendala cuaca, yakni curah hujan yang tinggi.
"Pengupasan tanah tinggi, tapi batubara yang ditambang lebih rendah. Produksi menurun karena gangguan curah hujan tinggi di Kalimatan Timur dan Selatan," terang Achmad.
Meski volume produksi merosot, tapi BUMI tetap bisa mendongkrak cuan lantaran harga batubara yang melonjak tinggi. Kenaikan harga batubara per kuartal ketiga 2022 mencapai 89% secara tahunan.
Realisasi harga batubara dalam periode sembilan bulan 2022 sebesar US$ 118,7 per ton. Lebih tinggi dibandingkan tingkat harga periode sembilan bulan 2021 sebesar US$ 62,8 per ton. "Peningkatan (harga) batubara dunia yang signifikan menjadi penopang pendapatan BUMI," imbuh Achmad.
Baca Juga: Pasar Batubara Diselumuti Sejumlah Sentimen, Ini Rekomendasi Saham Jagoan Analis
Dari sisi penjualan, BUMI sudah merealisasikan 51,9 juta ton hingga September 2022, atau turun 12% secara tahunan. Selain karena penurunan tingkat produksi, imbuh Achmad, merosotnya volume penjualan juga disebabkan oleh larangan ekspor batubara di awal tahun 2022.
Lebih lanjut, Achmad memaparkan Indonesia masih menjadi pasar terbesar penjualan batubara BUMI. Pasar dalam negeri memiliki porsi 42%. Sehingga, dia menegaskan KPC dan Arutmin sudah memenuhi ketentuan wajib pasok dalam negeri (DMO).
Sedangkan 58% sisanya ditujukan untuk pasar ekspor. Negara tujuannya adalah China sebanyak 23%, India (11%), Jepang (9%), Filipina (4%), Taiwan (4%), Hongkong (2%), Brunei (2%), dan negara-negara lainnya.
Baca Juga: Laba Bumi Resources (BUMI) Melesat 473%, Bagaimana Prospeknya Hingga Akhir Tahun?
Hilirisasi dan Diversifikasi
Selain soal produksi, rencana bisnis kedua BUMI tahun depan adalah hilirisasi batubara. Presiden Direktur BUMI Adika Nuraga Bakrie mengatakan hal ini sebagai program prioritas untuk memenuhi ketentuan dari pemerintah terkait perubahan status dan perpanjangan izin operasi dari Arutmin dan KPC.
"Diversifikasi bisnis prioritas yang akan dikerjakan adalah coal downstreaming, sesuai dengan perpanjangan IUPK kami. Tahun depan kami akan memfinalisasi rencana dan persiapan untuk mengembangkan industri ini," kata Adika.
Catatan Kontan.co.id, BUMI menyiapkan proyek hiliriasi melalui KPC dan Arutmin Indonesia. KPC menggarap pembangunan fasilitas pengolahan batubara menjadi metanol di Bengalon, Kalimantan Timur.
BUMI selaku bagian dari Grup Bakrie berkolaborasi dengan Ithaca Group dan Air Product. KPC akan memasok batubara dengan kebutuhan sekitar 5 juta ton-6,5 juta ton per tahun. Nantinya, pabrik tersebut dapat menghasilkan 1,8 juta ton metanol per tahun.
Baca Juga: Bumi Resources (BUMI) Lunasi Utang US$ 1,6 Miliar, Moody's Kerek Peringkatnya ke B3
Selain itu, BUMI juga memiliki proyek gasifikasi batubara menjadi metanol yang digarap oleh PT Arutmin Indonesia. Pabrik metanol berlokasi di IBT Terminal, Pulau Laut, Kalimantan Selatan.
Batubara yang dibutuhkan untuk memproduksi metanol di proyek itu mencapai 6 juta ton per tahun dengan. Nantinya pabrik ini dapat menghasilkan metanol sebanyak 2,8 juta ton per tahun.
Selanjutnya, rencana bisnis ketiga BUMI di tahun depan adalah menjajaki diversifikasi bisnis non-batubara. Adika bilang, bisnis yang dijajaki tidak secara langsung pada ekosistem kendaraan listrik (EV). Tapi akan berhubungan dengan barang metal strategis.
"Kami lagi mengkaji beberapa metal strategis yang berbeda dengan yang dikerjakan oleh sister company, Bumi Resources Minerals (BRMS)," tandas Adika.
Dia pun belum membeberkan secara rinci estimasi dana yang disiapkan untuk rencana bisnis di tahun depan. Namun secara umum, Direktur BUMI Andrew C. Beckham menyampaikan, pihaknya menyiapkan belanja modal (capex) yang berkelanjutan di angka US$ 50 juta-US$ 75 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News