Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. PT Barito Pacific Tbk (BRPT) semakin serius melakukan diversifikasi usaha. Untuk memuluskan rencana tersebut, emiten petrokimia ini melepas sebagian kepemilikan saham di PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA).
BRPT melego 218,52 juta unit saham Chandra Asri ke produsen petrokimia asal Thailand, SCG Chemicals Co Ltd. Jumlah tersebut setara dengan 7,13% saham TPIA. Sang pembeli merupakan salah satu anak perusahaan Siam Cement Group, perusahaan milik Kerajaan Thailand.
Selain mengakuisisi saham milik BRPT, SCG Chemicals juga mengambil 701,34 juta saham atau 22,87% porsi saham milik Appleton Investment Ltd, anak usaha Temasek Holdings Pte Ltd. Untuk mengakuisisi 30% saham TPIA itu, SCG mengucurkan dana US$ 442 juta, atau setara Rp 3,76 triliun.
Loeki S. Putra, Presiden Direktur BRPT, memaparkan setidaknya ada dua alasan yang mendasari pihaknya melepas saham anak usahanya tersebut. Pertama, BRPT ingin bersinergi dengan SCG dalam bisnis petrokimia. "Keahlian dan pengalaman SCG sebagai produsen petrokimia terbesar di Asia Tenggara dibutuhkan untuk meningkatkan usaha Chandra Asri," papar Loeki di Jakarta, Selasa (20/9).
Kedua, perusahaan milik taipan Prajogo Pangestu itu bisa menggunakan dana segar penjualan saham Chandra Asri ini untuk membiayai agenda diversifikasi usaha. Dari hasil penjualan saham TPIA, BRPT mengantongi US$ 103,87 juta, atau sekitar Rp 934,83 miliar (kurs Rp 9.000 per dollar AS).
Ekspansi anak usaha
BRPT sendiri sudah mengalokasikan penggunaan dana hasil penjualan saham Chandra Asri. Perseroan ini akan menggunakan sekitar US$ 50 juta untuk membiayai ekspansi anak usaha di bisnis perkebunan kelapa sawit, yaitu PT Grand Utama Mandiri.
Anak usaha BRPT tersebut memang berniat memperbanyak konsesi lahan perkebunannya. Saat ini, Grand Utama baru memiliki lahan konsesi seluas 29.000 hektare (ha). "Targetnya, lahan konsesi tersebut bisa bertambah menjadi 50.000 ha pada 2015 mendatang," imbuh Reza Andriansyah, Presiden Direktur Grand Utama.
Grand Utama saat ini juga sedang membangun pabrik minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) berkapasitas 75 ton per jam. Proyek ini membutuhkan investasi sebesar Rp 700 miliar.
Sekitar 50%-60% dana investasi akan dipenuhi dari pinjaman Bank Negara Indonesia (BNI), dan sisanya diambil dari modal awal pendirian perusahaan. Pabrik ini ditargetkan mulai beroperasi di akhir 2013 mendatang.
Agustinus Sudjono, Senior Vice President BRPT, menambahkan sisa dana dari penjualan saham di TPIA bakal digunakan untuk mendukung diversifikasi di sektor lain. Ia memaparkan, saat ini perusahaan petrokimia ini juga tengah melakukan studi untuk merambah sektor pertambangan batubara.
BRPT memandang sektor itu sangat prospektif karena batubara merupakan komoditas yang permintaannya tinggi. Namun Agustinus enggan memberi penjelasan lebih lanjut terkait rencana tersebut. "Kami masih melakukan studi, ada beberapa sektor lain yang sedang kami jajaki juga," elaknya.
Sebagai informasi, kuartal satu 2011 lalu, BRPT mencetak laba bersih Rp 131,07 miliar, naik 50,46% dibanding laba bersih di periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu Rp 87,11 miliar.
Penjualan saham TPIA tersebut mendorong harga saham BRPT meroket. Per 20 Agustus lalu, harga BRPT berada di level terendahnya selama tahun ini, yakni Rp 820 per saham. Namun kemarin, harga BRPT sudah naik 14,63% menjadi Rp 940 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News