Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menjelang tahun politik, kinerja makroekonomi di Indonesia diprediksi akan cukup tangguh. Data menunjukkan bahwa nilai transaksi di pasar modal cenderung meningkat, didorong oleh capital flow yang lebih besar dibandingkan dengan periode lainnya setahun menjelang periode pemilihan umum (pemilu). Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, per Rabu (6/9), rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) mencapai Rp 10,35 triliun.
Dalam acara market outlook yang digelar BRI Danareksa Sekuritas, Direktur Bisnis Konsumer PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Handayani mengungkapkan, pertumbuhan perekonomian Indonesia bisa terus tumbuh solid di tengah ketidakpastian global. Kondisi ini dapat tercapai melalui kebijakan makro prudensial yang dilakukan Bank Indonesia (BI).
"Meskipun akan ada tantangan-tantangan di depan, kita berharap bahwa dengan strategi yang tepat dan investasi yang bijak, kinerja investasi kita dapat menjadi lebih baik di tahun mendatang,” terang Handayani dalam siaran pers, Kamis (7/9).
Baca Juga: IHSG Turun 0,39% ke Level 6.968,510 pada Sesi Pertama Perdagangan Kamis (7/9)
Chief Economist & Macro Strategy BRI Danareksa Sekuritas Helmy Kristanto mengatakan, dengan berlanjutnya tren disinflasi dan semakin banyak bank sentral yang memilih untuk menghentikan kebijakan kenaikan suku bunga, fokus utama akan pasar akan tertuju pada pertumbuhan ekonomi. Dari sisi domestik, diperkirakan Bank Indonesia akan mempertahankan suku bunga sampai dengan akhir tahun ini.
“Selanjutnya, periode pemilu akan mendukung konsumsi domestik, yang sejarahnya cenderung positif untuk pasar ekuitas dengan masuknya investor asing,” ujar Helmy.
Pengamat Politik Prof. Burhanudin Muhtadi menilai, jika Jokowi dapat mempertahankan kestabilan ekonomi, kondisi ini akan mendukung calon yang berafiliasi dengan presiden. Sedangkan sebaliknya, jika Jokowi tidak dapat mempertahankan kestabilan ekonomi, pasar akan mendukung calon yang cenderung berseberangan dengan kubu presiden di pemilu nanti.
Baca Juga: Asing Keluar dari Pasar Obligasi Korporasi dan SBN RI, Ini Penyebabnya
Pada dasarnya, pasar akan cenderung wait and see. Namun, perekonomian akan kembali normal setelah pemilu selesai, siapa pun presiden yang terpilih. Ditambah dengan situasi pandemi sudah berakhir, kondisi ini akan memberikan sinyal positif terutama pada kelas menengah ke atas yang mulai meningkatkan konsumsi, terutama di bidang perjalanan dan kuliner.
Sementara itu, pengamat pasar modal Hans Kwee berpandangan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan menunjukkan tren positif selama periode pemilu. Pengamatan dia, selama bulan dan tahun penyelenggaraan pemilu, baik pemilu legislatif maupun pemilihan presiden, IHSG selalu menunjukkan tren kenaikan.
Hal ini juga diikuti oleh peningkatan jumlah uang beredar di masyarakat, yang dapat berasal dari berbagai program seperti bantuan langsung tunai (BLT) atau program keluarga harapan (PKH).
Menurut Hans, dengan kondisi ini, sektor saham di Bursa Efek Indonesia yang berpotensi mencuil untung antara lain sektor barang konsumsi dan sektor keuangan. “Harapannya, dengan strategi yang tepat dan berinvestasi di sektor yang tepat, kinerja investasi di tahun depan dapat meningkat," kata Hans.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News