Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. BRI Danareksa Sekuritas menyematkan pandangan overweight terhadap saham-saham bank digital. Hal tersebut lantaran kinerja saham sektor ini dipandang masih underperform, kendati memiliki prospek pertumbuhan berkelanjutan dan prospek profibilitas yang lebih baik.
Analis BRI Danareksa Sekuritas Victor Stefano menerangkan, keseluruhan kredit bank digital tumbuh sebesar 2% secara bulanan (MoM) di Mei 2023, sehingga total kredit menjadi Rp 56 triliun atau tumbuh 35% secara tahuanan (YoY). Pertumbuhan ini didorong oleh Bank Jago (ARTO) dan Allo Bank (BBHI).
Pada bulan Mei, kredit ARTO meningkat sebesar Rp 700 miliar atau 6% MoM sehingga total kredit menjadi Rp 11,2 triliun atau tumbuh 58% YoY. "Ini menyalip Bank Neo Commerce (BBYB) dan menempati posisi kedua dalam hal jumlah kredit di bawah Seabank," tulisnya dalam riset, Selasa (11/7).
Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham Bank Digital dari Sejumlah Analis
Adapun Seabank terus membukukan pertumbuhan MoM negatif selama enam bulan berturut-turut. Sehingga total kreditnya turun menjadi Rp 14,4 triliun di Mei 2023 dari Rp 16,2 triliun di November 2022.
Simpanan industri turun sebesar Rp 1,9 triliun atau 3% MoM, terutama disebabkan oleh penurunan Rp 3 triliun atau 11% MoM pada simpanan Seabank.
Meski masih menempati posisi pertama dalam jumlah simpanan, penurunan jumlah simpanan MoM ini dinilai cukup mengkhawatirkan lantaran penurunannya didahului oleh biaya kredit (CoC) yang masih cukup tinggi.
"Selain Seabank dan Bank Raya, bank-bank digital lainnya mampu meningkatkan simpanan mereka secara bulanan sebesar 1% hingga 8%," paparnya.
Dari biaya kredit, Victor melihat CoC Seabank telah bertahan pada tingkat yang tinggi sekitar 35% dalam tiga bulan terakhir. Angka itu berada di atas angka rekan-rekan terdekatnya, seperti Bank Neo sekitar 21% dan Bank Jago sekitar 5%.
Sementara itu, CoC bank-bank digital lainnya masih sangat rendah, yaitu sekitar 1% ke bawah. Dalam tiga bulan terakhir, CoC industri tetap stabil dan tinggi di kisaran 18%.
Baca Juga: Ini Daftar 39 Bank di Indonesia yang Dikuasai Investor Asing
Dengan profitabilitas yang stabil, sektor ini masih berkinerja lebih rendah dari IHSG sebesar 7% YTD, terutama disebabkan oleh BBYB yang harga sahamnya merosot 27%. Dengan demikian, BRI Danareksa mempertahankan pandangan overweight.
"Risiko pada pandangan sektor kami termasuk akuisisi dan monetisasi nasabah yang lebih rendah dari perkiraan, NPL yang lebih tinggi dari perkiraan, dan hambatan regulasi," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News