Reporter: Dupla Kartini | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Penambahan stimulus perbankan oleh bank sentral Jepang (BoJ) tidak mampu menahan laju penguatan mata uang yen. Sepekan terakhir, sejak penambahan kredit kepada perbankan akhir bulan lalu (30/8), yen tidak beranjak dari posisi sebelumnya di Y 84,62 per dollar. Bahkan, kemarin (7/9), pada pukul 14.20 WIB, yen sempat menyentuh rekor baru dalam 15 tahun terakhir di Y 83,89 per dollar.
Yen kian menguat setelah BoJ tidak menghasilkan kebijakan apa pun yang bisa melemahkan mata uangnya, kemarin. BoJ hanya memutuskan mempertahankan besaran stimulus seperti semula. Bank sentral menunda pengumuman suntikan stimulus baru dan memilih memantau pergerakan yen dan data ekonomi AS pasca menambah kucuran kredit sepekan sebelumnya.
Analis Harumdana Berjangka, Nizar Hilmy mengamini penguatan yen karena BoJ tidak menghasilkan keputusan apapun untuk kembali menahan penguatan yen. Tambahan suntikan dana sebelumnya tidak berhasil membendung laju yen.
"Yang pasar mau bukan sekedar stimulus atau intervensi tidak langsung, melainkan intervensi langsung ke pasar mata uang dengan membeli dollar dan melepas yen," ujarnya.
Namun, kata Nizar, hal itu tidak mudah dilakukan. Pasalnya, terakhir kali bank sentral intervensi Maret 2004, menghabiskan hingga Y 35 triliun selama 15 bulan. Biaya yang sangat besar ini diperkirakan menjadi salah satu penghambat untuk melakukan langkah serupa.
Di sisi lain, kalaupun Jepang berencana intervensi langsung, sepertinya bakal mendapat tentangan dari AS. "Padahal intervensi tidak akan efektif tanpa koordinasi dan dukungan dari bank sentral lain seperti AS dan Eropa," urai Nizar.
Selain itu, kecemasan terhadap perekonomian dunia yang masih berkembang bisa semakin mendukung penguatan yen, sebab sebagai salah satu aset lindung nilai.
Analis PT Bank Commonwealth, Mika Martumpal menilai pergerakan yen terhadap dollar tidak banyak berubah sejak penambahan stimulus karena dipandang tidak cukup agresif untuk melemahkan yen. "Maka masih terbuka kemungkinan yen bergerak ke Y 80 per dollar," katanya.
Selain itu, lemahnya indikator ekonomi AS kemungkinan besar mendorong bank sentral AS menyuntikkan lagi stimulus melalui program quantitative easing (QE). Hal ini akan berakibat suplai dolar tetap besar, sehingga dollar melemah terhadap mayoritas mata uang dunia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News