Reporter: Amailia Putri Hasniawati | Editor: Sandy Baskoro
JAKARTA. Rencana Bank Negara Indonesia dan Bank Rakyat Indonesia mengakuisisi Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (BPUI) bakal molor. Itu lantaran BPUI masih menjalani restrukturisasi di Kementerian Keuangan.
Deputi Bidang Usaha Jasa Kementerian Negara BUMN, Parikesit Suprapto, menjelaskan, BPUI berupaya keras memperbaiki ekuitas yang negatif. "Setelah restrukturisasi, ekuitasnya akan kembali positif, hingga punya nilai jual," kata dia, Jumat (27/6).
Parikesit tidak ingat angka pasti mengenai nilai ekuitas BPUI sebelum dan setelah restrurisasi. Sekadar mengingatkan, BPUI memiliki utang Rekening Dana Investasi (RDI) senilai Rp 1,2 triliun. Pinjaman dari pemerintah itu dipakai untuk stabilisasi pasar uang dan pasar modal pada 1997 silam. Utang pokok BPUI sebenarnya hanya Rp 250 miliar. Tapi BPUI menunggak denda dan bunga sehingga jumlahnya membengkak menjadi Rp 1,2 triliun.
Direktur Utama Bank BNI Gatot M Suwondo, menyatakan pihaknya masih tertarik mengakuisisi BPUI. Namun, hingga kini perseroan masih belum mendapatkan respons. "Kami sudah mengirimkan surat, menanyakan setiap hari, tapi belum ada jawaban," kata dia. Emiten berkode BBNI ini berniat membayar akuisisi BPUI dengan obligasi rekap yang mereka miliki.
Bank BRI juga disebut-sebut mengincar Bahana Securities, anak usaha BPUI. Direktur Utama Bank BRI Sofyan Baasir menyatakan, saat ini masih menunggu proses restrukturisasi sekuritas yang mereka incar.
Tapi dia tidak secara eksplisit menyebutkan bahwa yang dimaksud adalah Bahana Securities. "Kami masih menunggu mereka restrukturisasi dulu," tutur dia. Sofyan tak membenarkan atau membantah ketika ditanya apakah yang dimaksud adalah Bahana Securities.
Tapi Parikesit bilang, mekanisme penjualan BPUI masih dalam proses pembicaraan. "Kami ingin BPUI dijual secara utuh sebagai holding," papar dia. Sebelumnya ada permintaan penjualan BPUI berdasarkan paket yang terdiri dari anak-anak usaha BPUI.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News