Reporter: Barratut Taqiyyah, Wall Street Journal | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
LONDON. PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) dikabarkan sudah meminta penambahan waktu untuk memutuskan langkah terkait utang perusahaan senilai US$ 437 juta dari sejumlah kreditur internasional. Pasalnya, saat ini, waktu yang diberikan kreditur kepada BNBR untuk menyelesaikan masalah utangnya sudah lewat sebulan lebih.
Sekadar mengingatkan, sejumlah kreditur yang digawangi Credit Suisse memberikan ancaman gagal bayar alias default atas pinjaman sebesar US$ 437 juta itu. Untuk menghindari default, BNBR wajib menambah agunan yang nilainya mencapai US$ 100 juta dan harus terpenuhi dalam waktu lima hari kerja.
Dalam perjanjian pinjaman utang ini, saham Bumi Plc menjadi agunan atau collateral. Masalah lantas muncul ketika saham Bumi Plc di Bursa saham London, tempat perusahaan ini mencatatkan saham, terus melorot.
Menurut salah seorang sumber Wall Street Journal (WSJ) yang mengetahui detil masalah ini, BNBR diminta untuk segera menyelesaikan penambahan agunannya pada April lalu. Namun, hingga saat ini, BNBR belum juga menambah agunan dan masih mempertimbangkan apa yang dilakukan selanjutnya mengenai utang tersebut.
Sang sumber juga bilang, BNBR menargetkan keputusan mengenai utang tersebut bisa segera diketahui pada akhir Juni atau Juli mendatang. Sementara, pihak kreditur berharap BNBR bisa segera merilis rencana utangnya pada akhir Mei.
Meski terancam default, namun, pihak kreditur masih rela memberikan penambahan waktu bagi BNBR untuk mencari dana atau mengajukan cara pembayaran dengan pilihan lain. Ada beberapa sebab yang memicu hal tersebut. Menurut sejumlah analis, keluarga Bakrie masih menjadi salah satu keluarga terkaya dan berpengaruh di Indonesia. Selain itu, para kreditur sudah menjalin kerjasama yang cukup panjang dengan keluarga Bakrie di masa lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News