kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.936.000   -1.000   -0,05%
  • USD/IDR 16.395   -20,00   -0,12%
  • IDX 6.907   -61,50   -0,88%
  • KOMPAS100 997   -14,27   -1,41%
  • LQ45 765   -9,88   -1,28%
  • ISSI 225   -2,18   -0,96%
  • IDX30 397   -4,54   -1,13%
  • IDXHIDIV20 466   -5,69   -1,21%
  • IDX80 112   -1,62   -1,42%
  • IDXV30 115   -1,15   -0,99%
  • IDXQ30 128   -1,29   -0,99%

Bitcoin Tangguh di Tengah Gejolak Global, Sebaliknya Emas Tertekan


Jumat, 20 Juni 2025 / 21:07 WIB
Bitcoin Tangguh di Tengah Gejolak Global, Sebaliknya Emas Tertekan
ILUSTRASI. koin Bitcoin berbaring di atas meja.


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah memanasnya ketegangan geopolitik antara Iran dan Israel serta sikap hawkish Federal Reserve (The Fed), Bitcoin tetap menunjukkan ketahanan dengan bertahan di kisaran US$104.000. 

Kondisi ini kontras dengan harga emas global yang justru melemah signifikan, turun 2,5% dari US$3.420 pada 13 Juni menjadi US$3.335 pada 20 Juni 2025.

Keputusan The Fed mempertahankan suku bunga acuan di level tinggi, yakni 4,25%–4,50%, serta sinyal bahwa pelonggaran kebijakan akan dilakukan secara sangat bertahap hingga 2027, memberikan tekanan terhadap aset-aset tradisional, termasuk emas. 

Ketua The Fed Jerome Powell menegaskan bahwa inflasi masih berisiko meningkat dalam beberapa bulan mendatang, sehingga ruang pemangkasan suku bunga tetap terbatas.

Baca Juga: Donald Trump Berang Setelah The Fed Pertahankan Suku Bunga

Dalam situasi seperti ini, emas yang selama ini dianggap sebagai instrumen lindung nilai justru menunjukkan performa yang melemah. Sebaliknya, Bitcoin mencatat kinerja yang stabil di tengah tekanan global, bahkan saat indeks saham utama seperti Nasdaq melemah dan kekhawatiran inflasi kembali mencuat.

Meningkatnya ketegangan geopolitik, termasuk pernyataan mantan Presiden AS Donald Trump yang mendukung rencana penyerangan terhadap fasilitas nuklir Iran, semakin memperburuk ketidakpastian global.

Namun, alih-alih mendorong lonjakan harga emas seperti yang terjadi pada krisis sebelumnya, pasar kini tampaknya mulai mengalihkan fokus ke aset digital seperti Bitcoin.

Vice President Indodax, Antony Kusuma, menilai fenomena ini sebagai bukti pergeseran paradigma investor global terhadap aset kripto. 

“Ketahanan Bitcoin di tengah tekanan geopolitik dan ketatnya kebijakan moneter menandai perubahan mendasar dalam cara pandang terhadap aset digital. Bitcoin kini mulai diposisikan sebagai poros strategis dalam manajemen portofolio global,” ujarnya dalam keterangannya, Jumat (20/6).

Baca Juga: The Fed Pertahankan Suku Bunga, Peringatkan Risiko Inflasi dan Pengangguran

Menurut Antony, daya tarik Bitcoin semakin kuat karena sifatnya yang netral secara politik, transparan, dan tidak dapat dimanipulasi oleh otoritas pusat. 

“Bitcoin tidak dikendalikan oleh bank sentral mana pun dan memiliki suplai tetap sebesar 21 juta unit, sebagaimana diatur protokolnya. Hal ini menjadikannya unik dalam lanskap investasi saat ini,” jelasnya.

Ia juga menambahkan bahwa minat terhadap Bitcoin kini semakin datang dari kalangan institusi, bukan hanya investor ritel. “Pendekatannya pun semakin matang. Banyak investor kini menerapkan strategi akumulasi terencana seperti Dollar-Cost Averaging (DCA), bukan sekadar mengejar keuntungan jangka pendek,” tambahnya.

Namun demikian, Antony mengingatkan bahwa harga Bitcoin tetap sensitif terhadap sentimen pasar, termasuk kebijakan bank sentral dan dinamika geopolitik. Meski begitu, menurutnya, suplai Bitcoin yang terbatas memberi perlindungan alami terhadap tekanan inflasi jangka panjang, berbeda dengan mata uang fiat yang dapat dicetak sesuai kebijakan otoritas moneter.

Ia menyoroti bahwa tekanan terhadap emas saat ini menunjukkan bahwa aset tradisional pun tidak kebal terhadap kebijakan suku bunga tinggi. Sementara itu, Bitcoin mampu menjaga daya tariknya sebagai alternatif pelindung nilai. 

“Kita sedang menyaksikan pergeseran kepercayaan. Aset digital seperti Bitcoin menawarkan akses tanpa batas dengan efisiensi dan transparansi yang belum pernah ada sebelumnya,” kata Antony.

Baca Juga: The Fed Tahan Suku Bunga Acuan, Soroti Risiko Inflasi dan Dampak Tarif Trump

Di Indonesia, tren serupa mulai terlihat. Investor muda menunjukkan peningkatan minat terhadap Bitcoin sebagai bagian dari diversifikasi portofolio jangka panjang. “Ada pergeseran ke arah investasi yang lebih rasional dan terstruktur. Kami melihat pemahaman terhadap fungsi strategis Bitcoin semakin luas,” ujarnya.

Meski demikian, Antony menegaskan bahwa Bitcoin dan emas bukanlah rival, melainkan dua aset yang bisa saling melengkapi. “Emas tetap memiliki nilai historis dan kestabilan, sementara Bitcoin menawarkan keunggulan dalam konteks ekonomi digital. Pemilihan aset sangat bergantung pada kebutuhan dan karakteristik investor,” jelasnya.

Lebih lanjut, ia menyambut positif langkah regulator di Amerika Serikat dalam mengatur stablecoin, serta peran Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam memberikan kepastian hukum bagi pelaku pasar kripto di Indonesia. 

“Regulasi yang jelas sangat penting agar industri ini tumbuh sehat dan terintegrasi dengan sistem keuangan yang lebih luas,” katanya.

Selanjutnya: Lego Group Hadirkan Lego Mercedes-AMG Petronas F1 Ukuran Asli di Jakarta

Menarik Dibaca: Lego Group Hadirkan Lego Mercedes-AMG Petronas F1 Ukuran Asli di Jakarta

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×