kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Bisnis setrum emiten batubara harum


Senin, 11 April 2016 / 08:11 WIB


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Meski pasar komoditas batubara belum pulih, namun harga saham produsen batubara di Bursa Efek Indonesia mulai menanjak. Harga PT Bukit Asam Tbk (PTBA) misalnya, melonjak 44,75% sejak awal tahun ini hingga Jumat (8/4) lalu atau year-to-date (ytd).

Di periode yang sama, harga saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Harum Energy Tbk (HRUM) dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) juga meningkat masing-masing sebesar 36,89%, 27,40% dan 20,09%.

Harga saham emiten batubara meningkat lantaran di awal tahun ini harga sudah berada di level rendah. Harga PTBA pernah menukik ke posisi Rp 4.165 per saham. Padahal, harga PTBA pernah menanjak ke level Rp 12.500 per saham pada akhir 2014.

Faktor lain pendongkrak harga adalah strategi produsen batubara menyiasati pelemahan harga komoditas. Kini, muncul tren perubahan bisnis emiten batubara, dari hanya sekadar menggali komoditas menjadi produsen energi.

Sejumlah emiten batubara masuk bisnis pembangkit listrik. ADRO, PTBA dan HRUM mulai gencar menggarap proyek pembangkit listrik tenaga uap. ITMG juga berminat menggarap bisnis ini. Emiten batubara mengintip peluang dari bisnis energi, terutama membidik proyek listrik 35.000 megawatt.

"Emiten mencoba memberi nilai tambah bagi produknya," ungkap Analis Minna Padi Investama Christian Saortua kepada KONTAN, Jumat (8/4).

Analis Bahana Securities Arandi Arianta menilai langkah emiten batubara, termasuk ADRO, masuk ke bisnis pembangkit listrik adalah kebijakan positif untuk menyiasati lesunya harga batubara.

Sebab, dengan pembangkit listrik, ADRO memiliki semacam anchor buyer batubara yang mereka produksi. Ketika harga batubara global rendah akibat permintaan lesu, batubara ADRO masih bisa digunakan langsung untuk pembangkit listrik.

Artinya, emiten batubara tidak perlu mencemaskan produksi mereka tak terserap pasar. Tapi memang, bisnis pembangkit adalah proyek jangka panjang. Sehingga hasil positif proyek itu belum terasa dalam waktu dekat.

Selain itu, tren penggunaan sumber energi mulai berubah. "Perlahan tapi pasti, kalangan industri mulai memakai tenaga air dan angin yang lebih ramah lingkungan ketimbang batubara sebagai sumber energi," tutur Arandi, kepada KONTAN.

Destya Faishal, Analis Phillip Securities, dalam riset 15 Maret lalu, menyatakan, segera setelah pembangkit listrik ADRO beroperasi, sebanyak 40% pendapatan emiten ini akan berasal dari bisnis power plant. Sedangkan porsi pendapatan yang berasal dari produksi batubara dan logistik masing-masing 30%.

Artinya, akan ada perubahan pendapatan ADRO yang selama ini mengandalkan batubara menjadi bisnis power plant. "Tapi, ini untuk lima tahun ke depan," kata Destya.

Sepintas, soal jangka waktu imbal hasil memang terbilang lama. Tapi, hasil yang kelak diperoleh akan sebanding. Sebab, panjangnya waktu break even point (BEP) dikompensasi dengan lama kontrak antara pemilik power plant dan klien yang bisa 20 tahun hingga 25 tahun.

"Sekali bangun memang mahal, tapi setelah dapat kontrak mereka tinggal duduk manis terima duit," cetus Christian.

Jika mengacu tren dan sentimen pendorong, Christian menyukai saham ADRO dan PTBA. ADRO sudah mulai mengeksekusi rencana untuk masuk bisnis power plant. Ini adalah strategi tepat mengatasi penurunan permintaan batubara dari luar negeri.

PTBA juga tak kalah menarik. Bukan hanya sudah mengeksekusi rencana diversifikasi bisnis, emiten pelat merah ini pun masih menunjukkan kinerja bagus di tengah tren pelemahan harga batubara. ADRO dan PTBA juga memiliki neraca keuangan yang solid.

Maklum, bisnis power plant butuh investasi yang besar. Jadi, hanya pemain besar yang bisa masuk bisnis pembangkit listrik ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×