kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bisnis pulsa menyambung terus isi kantong TELE


Selasa, 05 April 2016 / 08:43 WIB
Bisnis pulsa menyambung terus isi kantong TELE


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Bisnis penjualan voucer pulsa dan smartphone masih prospektif di tahun 2016. Dampaknya bakal dirasakan PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk (TELE) yang pada tahun 2015 lalu penjualan voucer pulsa dan starter pack (kartu perdana) mencatat kenaikan hingga 64,57% menjadi Rp 14,60 triliun.

"Bisnis voucher masih akan sangat menjanjikan seiring terus meningkatnya penetrasi pasar smartphone beberapa waktu ke depan," ujar Muhamad Farhan, analis Phillip Securities, Senin (4/4).

Asal tahu saja, tahun lalu lalu, pendapatan TELE tercatat naik 51% menjadi Rp 22 triliun. Sekarang, tinggal bagaimana agar TELE tidak kehilangan momentum memanfaatkan booming penjualan pulsa dan kartu perdana.

Tak heran jika akhirnya perusahaan memilih bekerjasama dengan salah satu operator terbesar, yakni Telkomsel plus sejumlah perbankan. Ini dilakukan demi mengembangkan bisnis voucher. Kerjasama tersebut berupa perjanjian penjualan voucer pulsa melalui mesin ATM dan online banking.

Kegiatan ini telah diteken sejak September 2015 lalu. Farhan menilai, langkah ini akan memberikan keuntungan besar bagi perseroan. Kerjasama tersebut bakal menaikan volume penjualan pulsa, khususnya di kota-kota besar.

Selain itu, TELE bisa memperkuat penetrasi penjualan voucer pulsa segmen menengah ke atas yang lebih aktif menggunakan ATM dan online banking. Namun, kerjasama ini diperkirakan bakal memangkas margin kotor TELE.

Penyebabnya, pihak reseller dan perbankan tidak mengambil selisih harga sebesar para reseller konvensional. Sehingga, operasionalnya tidak sebesar hasil penjualan reseller konvensional.

Farhan memprediksikan, EBITDA margin perusahaan tahun ini sekitar 3,2% versus 3,6% tahun lalu. Sementara, margin laba bersih tertahan pada level 1,7%.

Analis Bahana Securities Leonardy Gavaza menambahkan, penjualan dengan istilah machine to machine (M2M) distribution ini diprediksi menyumbang penjualan voucer pulsa Rp 3 triliun, atau setara 15% terhadap total penjualan voucher TELE.

Walaupun margin lebih tipis, "Kerjasama ini membantu TELE dalam mendiversifikasikan aliran penjualan dan menambah kesinambungan sumber pendapatan TELE," tulis Leonardy dalam riset 18 Maret lalu.

Dia memprediksikan, TELE bakal menguasai 31% pangsa pasar M2M yang juga berkontribusi sebesar 13% terhadap pendapatan penjualan voucer Telkomsel. Serupa, analis Mandiri Sekuritas Matthew Wibowo dalam riset 18 Maret lalu mengatakan, semenjak TELE menyuplai voucer kepada bank, penurunan margin sudah tercermin dari kinerja sepanjang tahun lalu.

Tapi, secara keseluruhan bisnis TELE tetap kuat dan prospektif. "Tapi, kami menilai momentum pergerakan pasar untuk TELE akan terlihat setelah sektor-sektor yang memiliki korelasi positif dengan penurunan suku bunga telah mengalami apresiasi yang signifikan di pasar," jelas Matthew.

Ketiga analis tersebut kompak merekomendasikan buy TELE. Farhan menetapkan target harga Rp 1.140 per saham. Sementara Leo dan Matthew masing-masing memproyeksikan harga TELE bergerak Rp 1.180 per saham dan Rp 1.040 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×